IDXChannel - Bank Indonesia (BI) dinilai masih memiliki ruang untuk melonggarkan kebijakan moneter dengan menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin tahun ini, mengingat inflasi yang kondusif.
"Para pembuat kebijakan kemungkinan akan mengawasi pasar keuangan, dengan pelemahan lebih lanjut pada rupiah dan obligasi, karena ketidakpastian global dan ketidakjelasan yang berkepanjangan mengenai perkembangan fiskal dalam negeri yang dapat mendorong pasar untuk memperkirakan penurunan suku bunga pada kuartal ini," kata Senior Economist Bank DBS Radhika Rao dalam analisisnya Selasa (22/4/2025).
Adapun DBS Group Research memperkirakan para pembuat kebijakan masih memanfaatkan peluang yang ada, ketika isu tarif mengendap untuk menurunkan suku bunga sebesar 50 bps di tahun ini. "Karena suku bunga riil menandakan adanya penyangga yang signifikan," ujarnya.
Di sisi lain, dia mengungkapkan, Indonesia juga menghadapi tekanan dari kebijakan tarif perdagangan AS. Radhika memperkirakan, jika tarif tinggi diberlakukan kembali, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini berpotensi tergerus sebesar 0,5 persen dari PDB, dan setengahnya pada tahun depan, di samping dampak lanjutan dari perlambatan pertumbuhan global.
"Analisis dampak oleh DBS Group Research (jika tingkat tarif yang tinggi diberlakukan kembali) menunjukkan dampak langsung sebesar 0,5 persen dari PDB terhadap pertumbuhan tahun ini dan sekitar setengahnya pada tahun depan, di samping dampak lanjutan dari pertumbuhan global yang lebih lambat," katanya.