"Menimbang berbagai aspek, inflasi diperkirakan masih akan dalam batas koridor target BI untuk keseluruhan tahun 2023 dan berpotensi mencapai 3% akhir tahun seiring dengan pola musiman peningkatan konsumsi pada periode libur akhir tahun," jelas Riefky.
Kedua, The Fed telah menyelesaikan rapat FOMC terakhir di tahun 2023 dengan tidak mengubah suku bunga kebijakan (Fed Funds Rate/FFR) dan tetap di level 5,25-5,50%. Keputusan ini menandakan the Fed tidak mengubah FFR untuk ketiga kalinya secara beruntun.
Rapat FOMC terakhir juga memberi sinyal adanya kemungkinan penurunan tingkat suku bunga sebanyak tiga kali di tahun depan, memberi kejutan kepada investor yang sebelumnya mengantisipasi penurunan suku bunga acuan yang lebih sedikit.
"Sesaat setelah the Fed menahan suku bunganya, ECB juga mengumumkan menahan suku bunga acuannya. Keputusan ini menandai kedua kalinya secara beruntun ECB tidak merubah suku bunga acuan, mengindikasikan kemungkinan berakhirnya periode pengetatan moneter sejak Juli 2022," ucap Riefky.
Keputusan the Fed untuk menahan suku bunganya segera memicu aliran arus modal ke negara berkembang dan mendorong pelemahan USD. Sebagai imbasnya, indeks USD turun ke 101,96 pasca pengumuman the Fed dan menyentuh titik terendahnya sejak Juli lalu.