IDXChannel - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) berkomitmen mengimplementasikan prinsip keuangan keberlanjutan atau sustainable finance secara menyeluruh.
Hal itu merupakan bentuk dukungan terhadap pertumbuhan berkelanjutan yang dihasilkan dari keselarasan antara kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup, serta mematuhi arahan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), khususnya POJK No.51/POJK.03/2017 tentang Penerapan Keuangan Berkelanjutan.
Adapun, sejumlah upaya dilakukan perseroan untuk mengimplementasikan hal tersebut, antara lain dengan menyalurkan pembiayaan ke sektor usaha berkelanjutan yang kuat.
Komitmen tersebut juga dijalankan BNI dengan melakukan perhitungan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) Scope 1, 2 dan 3, sehingga ke depannya dapat menjadi acuan dalam mengukur keberhasilan perseroan dalam upaya menekan emisi karbon.
Sekretaris Perusahaan BBNI, Okki Rushartomo mengungkapkan perseroan berkomitmen menginternalisasi prinsip keuangan berkelanjutan pada nilai-nilai, budaya kerja, strategi perseroan, kebijakan operasional, serta sistem dan prosedur operasional perseroan.
"Ini akan menjadi sebuah langkah awal untuk kami dapat menjadi pionir green banking di Indonesia yang tidak hanya fokus pada perhitungan bisnis, tetapi lebih jauh proaktif melakukan pengukuran komprehensif dari sisi emisi gas rumah kaca," kata Okki dalam keterangan resminya, Minggu (12/2/2023).
Pada periode pelaporan 2022, BBNI melakukan penyesuaian metodologi perhitungan dalam hal klasifikasi sumber emisi untuk menghitung emisi khususnya scope 3 yang meliputi, perjalanan dinas darat, perjalanan dinas udara, dan emisi pembiayaan dengan mengadopsi metodologi dari PCAF.
Tidak hanya itu, perseroan juga mulai menghitung emisi pembiayaan untuk debitur segmen menengah dan korporasi, yaitu sektor perkebunan, industri turunan produk perkebunan, pertambangan dan perdagangan komoditas, industri pengolahan, industri perdagangan, pulp and paper, konstruksi, hingga PLTU.
Okki menjelaskan, di dalam peta jalan ESG, BBNI akan menghitung emisi GRK Scope 1 dan 2 untuk seluruh kantor BNI hingga kantor cabang pembantu (KCP) di seluruh Indonesia. Terkait upaya tersebut, saat ini sedang dilakukan penyusunan pedoman dan format pengumpulan data sumber emisi, agar ke depan perhitungan emisi dapat dilakukan lebih detail dan presisi.
“Selanjutnya, kami akan menetapkan target net zero emission, sehingga diperoleh peta jalan yang akurat dalam menuju net zero emission,” ujar dia.
Lebih lanjut, berdasarkan perhitungan BNI terhadap gas rumah kaca yang dihasilkan pada 2022, diketahui untuk Scope 1 yang meliputi pemakaian BBM di gedung tercatat sebesar 121,64 ton CO2eq. Kemudian untuk Scope 2 yang meliputi emisi dari penggunaan listrik tercatat sebesar 295,208,86 ton CO2eq.
Sementara untuk Scope 3 yang meliputi perjalanan dinas udara, perjalanan dinas darat, dan emisi pembiayaan masing-masing tercatat sebesar 2.013,87 ton CO2eq, 889,12 ton CO2eq, dan 13.392.779,24 ton CO2eq. Adapun, total emisi GRK dari ketiga cakupan tersebut sebesar 13.691.012,79 ton CO2eq.
Selanjutnya, perseroan juga menerapkan portofolio keberlanjutan atau sustainable portfolio untuk sektor-sektor ramah lingkungan. Di mana, sepanjang tahun lalu pembiayaan pada Kategori Kegiatan Usaha Berkelanjutan (KKUB) mencapai Rp182,9 triliun atau 28,5% dari total portofolio kredit BNI.
Sustainable portfolio ini utamanya diberikan untuk kebutuhan pengembangan ekonomi sosial masyarakat melalui pembiayaan segmen kecil sebesar Rp123,2 triliun. Kemudian, untuk pengelolaan bisnis ramah lingkungan dan sumber daya alam hayati sebesar Rp19,7 triliun.
Perseroan juga memberikan pembiayaan untuk segmen energi baru dan terbarukan (EBT) sebesar Rp10,9 triliun, pembiayaan untuk pencegahan polusi sebesar Rp4 triliun, serta sustainable portfolio lainnya sebesar Rp25,1 triliun.
“BNI juga memiliki komitmen untuk mengembangkan praktik usaha berkelanjutan sejalan dengan agenda global,” kata Okki.
Dalam hal tersebut, perseroan mulai proaktif memperkenalkan Sustainability Linked Loan (SLL), di mana salah satu aspek utama SLL adalah pemberian insentif bagi nasabah untuk memperbaiki aspek ESG dalam bisnis mereka.
Sebagai informasi, sepanjang tahun 2022, BNI telah menyalurkan SLL sebesar USD355 juta atau ekuivalen Rp5,3 triliun, yang disalurkan kepada debitur top tier di sektor industri prioritas, seperti Fast-Moving Consumer Goods (FMCG) dan manufaktur. (NIA)