Terkait dengan isu tersebut, Head of Investment Avrist Asset Management, Tubagus Farash Akbar Farich, menilai BNI memang memiliki potensi yang besar untuk memiliki bisnis baru seperti bank digital. Terlebih, BNI akan menjadi bank utama Indonesia untuk pasar luar negeri.
Menurut dia, untuk merambah bisnis perbankan digital, BNI perlu memperkuat infrastrukturnya, yang kemungkinan bisa dicapai dengan langkah akuisisi. Farash menilai mengakuisisi BUKU I dan BUKU II bisa menjadi langkah strategis BNI.
"BNI saya rasa perlu BUKU I dan BUKU II tapi yang memiliki lisensi untuk transaksi valas dan yang lainnya, transaksi internasional yang penting. Jadi sesuai core competence yang telah ditetapkan, saya lihat sepertinya strategi di BUMN seperti itu ya," kata Farash dalam keterangan tertulisnya, Minggu (17/10/2021).
Sementara itu, Head of Research Samuel Sekuritas Indonesia, Suria Dharma, mengatakan tidak ada kriteria khusus yang harus dimiliki oleh bank yang diakuisisi BNI nantinya. Meski demikian, dia menilai bank BUKU I dan BUKU II yang akan diambil harus bersih dan tidak bermasalah.
"Tentunya kalau bisa yang bersih, tidak ada karakteristik khusus, karena tentunya BNI akan mengembangkan sendiri bank digital yang sesuai dengan (tujuan) perseroan," kata Suria.