Ketiga, SVB terlalu percaya kepada obligasi tepercaya (trusted bond), yakni US Treasury lantaran risiko kreditnya nol. "Mereka terlalu percaya yang disebut trusted bond yaitu US Treasury, gak salah dari segi kredit risk itu zero. Tetapi yang mereka lupa mereka terima funding besar dari wholesale. Wholesale itu kalau naro duit nggak mungkin ngarep bunga kecil," ujar dia.
Jahja menjelaskan, celakanya pada saat suku bunga bank sentral AS atau the Fed naik, maka akan berdampak bagi treasury bills SVB. "Bond ini rumusannya kalau interest naik, harga bond turun," kata dia.
Menanggapi pernyataan Jahja, EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengonfirmasi bahwa terkait situasi SVB, saat ini kondisi perbankan nasional sangat solid, di mana posisi likuiditas sektor perbankan terjaga dengan baik serta eksposur kredit terhadap startup maupun kripto sangat kecil.
Menurut BCA, salah satu faktor kegagalan SVB adalah penempatan dana di obligasi jangka panjang yang nilainya turun tajam ketika tren suku bunga terus meningkat.