"Tentu kita melihat keputusan BI tersebut mempertimbangkan bahwa suku bunga acuan BI7DRR saat ini di level 5,75% itu masih konsisten untuk menjaga ekspektasi inflasi di tahun ini dan tahun depan, serta untuk mendorong stabilitas rupiah," kata Josua.
Josua menilai apabila BI mengerek suku bunga pada September ini akan berdampak pada penguatan nilai tukar rupiah dan bisa mengerek inflasi di dalam negeri. Di samping itu, menurutnya, kebijakan BI menahan suku bunga juga mempertimbangkan kebijakan The Fed masih menahan suku bunganya pada September.
Seperti diketahui, The Fed mempertahankan suku bunga tetap stabil berada level 5,25 persen - 5,50 persen. Keputusan tersebut diambil dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 19-20 September 2023 waktu setempat.
"Kalau kita lihat sari sisi inflasi memang sudah kembali pada jalur inflasi BI, tapi BI melihat dari sisi lain, nilai tukar rupiah dalam 3 bulan terakhir mengalami pelemahan, hal itu yang membuat kondisi BI menahan suku bunga," kata Josua.
"Jika dinaikkan dengan ekspektasi BI dengan suku bunga The Fed, ini masih in line, BI memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga satu kali lagi di bulan November mendatang," ujarnya.
(FRI)