Salah satunya yaitu akumulasi 8 bulan surplus neraca perdagangan telah turun sebesar -30% YoY. Hal ini disebabkan oleh penurunan kinerja ekspor komoditas dan hasil manufaktur Indonesia.
Ada pula, tantangan dengan masih berlanjutnya isu geopolitik, perlambatan ekonomi dan tekanan inflasi secara global.
Di perbankan, perseroan menyadari ada kondisi likuiditas lebih ketat dibandingkan yang terefleksi pada peningkatan interbank market rate.
“Dengan mempertimbangkan potensi bisnis dan tantangan makro ekonomi tersebut, kami tetap optimis kinerja positif akan terus tumbuh secara berkelanjutan seiring dengan agenda transformasi yang telah membuahkan hasil positif," tutur Royke. (NIA)