Situasi tersebut membuat usahanya sempat berada dalam kondisi ‘mati suri’. Namun, alih-alih menyerah, Priscilla memilih untuk bertahan dan terus mencari cara agar bisnisnya bisa kembali bangkit. Proses pemulihan tentunya tidak terjadi seketika. Ia mulai menata ulang strategi bisnis secara perlahan, salah satunya dengan memperkuat pasar lokal terlebih dahulu sebagai fondasi untuk tumbuh kembali.
Dari segi pertumbuhan bisnis, awalnya memang berjalan lambat. Namun, pihaknya sangat terbantu dengan keberadaan kafe di Padang yang menjual produk turunan cokelat seperti kue, minuman, dan cookies.
Ia juga menyebutkan bahwa permintaan dari pembeli internasional terus meningkat, terutama melalui produk unggulan mereka, yaitu chili chocolate cassava rocher, cokelat khas lokal yang berisi singkong balado sebagai pengganti kacang hazelnut seperti pada Ferrero Rocher. Selain itu, ia menambahkan bahwa penjualan juga telah merambah ke segmen Horeka, seperti resort-resort di Mentawai dan Bali.
“Di sisi lain, pandemi juga membuka jalan baru untuk kami. Saat salah satu buyer dari London membatalkan pesanan, kami melihat peluang untuk masuk ke pasar retail Jakarta,” tuturnya.
Keikutsertaan L`île Chocolate dalam FHA Food & Beverage 2025 Singapura tersebut menjadi langkah strategis yang membawa dampak nyata. Priscilla bahkan menyebutkan bahwa pameran ini berbeda dari event yang biasanya ia ikuti, karena produk yang ditampilkan dikurasi ketat oleh BRI bersama Atase Perdagangan Singapura.