Hal itu dilihat dari peningkatan dana murah atau current account savings account (CASA) BRI sebesar 360 basis poin (bps) menjadi 66,7%. Kemudian, cost of fund turun jadi hanya 1,87% pada akhir 2022.
Kemudian keberhasilan efisiensi terlihat pada rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) turun dari 74,3% menjadi 64,2%. Hal tersebut diikuti pula dengan rasio biaya terhadap pendapatan atau cost to income ratio (CIR) yang ditekan dari 43,26% menjadi 41,95%.
Keberhasilan kedua adalah pendapatan berbasis komisi atau fee based income (FBI) yang tumbuh double digit atau 10,16% yoy menjadi Rp18,80 triliun, sebagai dampak transformasi digital. Dengan capaian itu, fee income ratio jadi 11,37%.
"Jadi ini sudah double digit. Artinya 11,37 persen total pendapatan kami disumbang oleh fee based income bukan bunga," ujar Sunarso.
Keberhasilan ketiga, faktor recovery rate. Menurut Sunarso, BRI mengupayakan recovery sebagai bagian upaya meningkatkan pendapatan. Recovery rate ini mencapai 59,12% pada 2022.
Selain itu, lanjut Sunarso, BRI mempunyai data bahwa pendapatan bunga bukan faktor penentu kinerja.