Di China, The People's Bank of China (PBOC) mempertahankan suku bunga pinjamannya stabil selama empat bulan berturut-turut pada pertemuan Desember tahun ini.
Suku bunga dasar pinjaman (loan prime rate/LPR) satu tahun, yang merupakan fasilitas pinjaman jangka menengah yang digunakan untuk pinjaman korporasi dan rumah tangga, tidak berubah pada rekor terendah sebesar 3,45 persen. Sementara suku bunga lima tahun, yang menjadi acuan bunga hipotek, dipertahankan pada 4,2 persen selama enam bulan berturut-turut.
Berbeda dari The Fed dan bank sentral lain, sepanjang tahun ini PBOC memangkas dua suku bunga acuan yang dimulai pada pertengahan tahun.
LPR PBOC satu tahun diturunkan menjadi 3,55 persen dari 3,65 persen pada Juni 2023 dan kemudian diturunkan di level 3,45 persen per Agustus 2023. Sementara LPR lima tahun yang digunakan untuk harga hipotek, dipotong menjadi 4,2 persen dari 4,3 persen hingga akhir 2023.
Bank sentral Australia, Reserve Bank of Australia juga mempertahankan suku bunganya di angka 4,35 persen pada pertemuan terakhirnya tahun ini.
Langkah ini sejalan dengan ekspektasi pasar, sehingga memungkinkan bank sentral di bawah kepemimpinan Gubernur Michele Bullock untuk menilai dampak kenaikan suku bunga sebelumnya.
Bullock bulan lalu memperingatkan bahwa inflasi semakin didorong oleh permintaan yang berlebihan di dalam negeri dibandingkan guncangan pasokan dari luar negeri.
Rapat Dewan RBA berikutnya dan pengumuman Official Cash Rate akan diadakan pada tanggal 6 Februari 2024.
Berbeda dengan optimisme pasar tentang pemotongan suku bunga tahun depan, per 19 Desember, kontrak ASX 30 Day Interbank Cash Rate Futures Februari 2024 diperdagangkan pada 95,66, menunjukkan ekspektasi 10 persen terhadap kenaikan suku bunga menjadi 4,6 persen pada rapat Dewan RBA berikutnya.
Beralih ke Korea Selatan, Bank of Korea mempertahankan suku bunga pada dasarnya tidak berubah pada 3,5 persen pada pertemuan November 2023.
Bank of Korea mempertahankan biaya pinjaman untuk ketujuh kalinya berturut-turut di tengah kekhawatiran terhadap meningkatnya utang rumah tangga. Langkah ini terjadi setelah adanya tujuh kenaikan suku bunga berturut-turut dari April 2022 hingga Januari 2023.
Bank of Korea akan mempertahankan sikap kebijakan yang restriktif untuk beberapa waktu dengan enilai secara menyeluruh banyak faktor, termasuk kebijakan moneter di negara-negara besar dan risiko geopolitik.
Beralih ke negera tetangga, Otoritas Moneter Singapura (MAS) mempertahankan penetapan kebijakan moneternya untuk kedua kalinya tahun ini pada tanggal 13 Oktober 2023. Langkah ini sebagai upaya untuk menyeimbangkan kebutuhan untuk mengendalikan inflasi dengan tanda-tanda perbaikan prospek pertumbuhan PDB. (ADF)