Pelepasan bisnis konsumer juga merupakan langkah yang ditempuh perusahaan dan sesuai dengan keinginan pemilik modal. Batara menyebut, saat ini keinginan dari para pemilik modal atau investor adalah fokus dan profitabilitas di inti bisnis perusahaan.
“Para analis juga menginginkan seperti itu, fokus. Jadi kalau perusahaan terlalu rumit untuk dianalisis, itu kurang bagus juga,” imbuh Batara.
Di sisi lain, setelah melepas segmen bisnis konsumer, laba bersih perseroan justru tumbuh 17% di kuartal pertama tahun 2024 ini menjadi Rp665,9 miliar. Pertumbuhan tersebut utamanya ditopang oleh peningkatan pendapatan operasional lainnya dan membaiknya biaya operasional.
Peningkatan laba bersih perusahaan turut berkontribusi pada peningkatan Return on Asset (ROA) menjadi 3,9% dari sebelumnya 2,9% di tahun 2023 dan peningkatan Return on Equity (ROE) menjadi 13,8% dari 13,7%.
Rasio Liquidity Coverage (LCR) dan Rasio Net Stable Funding (NSFR) Citi Indonesia tetap kuat di 275% dan 141%, di atas ketentuan minimum. Di samping itu, Citi Indonesia memiliki modal yang kuat dengan Rasio Kewajiban Penyediaan Modal (KPMM) sebesar 39,6%, meningkat dari 30% di tahun sebelumnya.
(DES)