Penurunan IKK dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kenaikan harga sembako dan serapan lapangan kerja yang melandai, harga pupuk yang relatif masih tinggi, serta anomali iklim di sejumlah wilayah yang mempengaruhi hasil produksi panen, khususnya tanaman pangan.
Kondisi tersebut bisa membantu petani padi karena pasokan air irigasi tetap tersedia, namun kelembaban tinggi bisa menjadi masalah bagi tanaman holtikultura yang sensitif terhadap kelembaban berlebih.
Di sisi lain, penyaluran bantuan sosial (bansos) mampu menopang daya beli rumah tangga berpendapatan menengah ke bawah. Selain itu, perbaikan infrastruktur umum serta pemberian stimulus ekonomi menyambut periode libur sekolah turut berkontribusi menahan IKK agar tidak turun lebih dalam.
Ditinjau berdasarkan pendapatan rumah tangga (RT), IKK sebagian kelompok RT mengalami pelemahan pada Juni 2025. Penurunan terbesar terjadi pada IKK kelompok RT berpendapatan di atas Rp1,5 juta-Rp3 juta per bulan (-0,9 poin MoM), diikuti kelompok RT berpendapatan di atas Rp3 juta-Rp7 juta per bulan (-0,3 poin).
Sementara itu, kelompok RT berpendapatan hingga Rp1,5 juta per bulan justru mencatatkan penguatan paling tinggi (+2,6 poin). Khusus kelompok RT berpendapatan di atas Rp7 juta per bulan, IKK-nya tercatat konsisten bertahan di atas level 100 dengan penguatan sebesar 2,4 poin.
(Dhera Arizona)