Pernyataan tersebut disampaikan dalam acara konsinyering yang digelar OJK di Jakarta, Jumat (16/5/2025) bersama kementerian terkait, industri perbankan, dan pelaku usaha TPT. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari arahan Presiden RI dalam Sarasehan Ekonomi Nasional.
Dalam diskusi tersebut, Dian menyoroti beberapa tantangan utama industri TPT mulai dari tingginya biaya logistik hingga kebutuhan diversifikasi pasar ekspor,yang selama ini masih bergantung pada negara seperti AS, Turki, China, Malaysia, dan Jepang.
Dian juga menekankan peran penting sektor jasa keuangan dalam mendukung struktur bisnis industri TPT. Ia menyebut sinergi antara industri perbankan dan pelaku usaha perlu diperkuat agar pembiayaan menjadi lebih tepat sasaran dan berkelanjutan meski ekspansi kredit juga perlu disertai penguatan manajemen risiko dan prinsip kehati-hatian.
Menurutnya, industri TPT masih berpotensi besar mengingat minat investor asing terus meningkat. Tren positif terlihat dari peningkatan Penanaman Modal Asing (PMA) ke sektor ini dalam beberapa tahun terakhir.
Selain itu, kata Dian, pemerintah juga telah menyiapkan berbagai insentif untuk mendorong sektor ini, antara lain program restrukturisasi mesin produksi, penguatan rantai pasok, ketersediaan bahan baku, insentif fiskal seperti pengurangan bea masuk dan pajak, serta subsidi listrik untuk industri padat karya.
(Rahmat Fiansyah)