Dian melanjutkan, krisis perbankan global yang terjadi saat ini tidak seperti krisis perbankan di tahun 2008. Sebab, jika dicermati dari indikator CDS, pada saat SVB kolaps, CDS Indonesia masih sangat rendah yaitu di level 100,22, dibandingkan dengan di tahun 2008 yang sebesar 691,36.
Kemudian, saat kolapsnya SVB di 2008 depresiasi rupiah cukup besar, sementata saat ini Rupiah justru semakin menguat.
Selain itu, kata dia, perbankan Indonesia masih relatif terlindungi dari dampak gagalnya perbankan AS, karena eksposurnya relatif sangat terbatas. Jika dilihat dari berbagai indikator, perbankan Indonesia masih cukup resilient menghadapi gejolak global dan tercermin dari kualitas aset perbankan yang masih terjaga dengan rasio NPL yang cenderung terus menurun sejalan dengan pemulihan ekonomi.
Permodalan perbankan pun juga masih sangat kuat dan disertai ddengan rasio kecukupan modal berada pada 26%, jauh di atas ketentuan.
(YNA)