“Dengan kinerja keuangan yang solid di sepanjang 2024, saham TUGU saat ini significantly undervalued. Laba inti tahun berjalan tumbuh 63 persen menjadi Rp706 miliar di tengah pertumbuhan premi bruto yang mencapai 11 persen di 2024 dan loss ratio yang sukses dijaga di bawah 60 persen atau tepatnya di 54,4 persen” katanya.
Tekanan yang dialami oleh harga saham TUGU di sepanjang 2025 lebih disebabkan karena sentimen temporer dan bukan karena aspek fundamental menurut Yazid. Ia juga mengungkapkan bahwa saham TUGU secara likuiditas transaksi paling tinggi jika dibandingkan emiten asuransi umum lain yang membuatnya cukup terkena imbas sentimen makro yang kurang kondusif.
Di saat harga saham TUGU tertekan, Yazid melihat potensi return dari berinvestasi di saham asuransi umum dengan total aset mencapai Rp 26,4 triliun tersebut tergolong tinggi. Apalagi setelah rilis kinerja yang gemilang di 2024 dan potensi pembagian dividen.
“Setelah rilis laporan keuangan, agenda berikutnya dalam waktu dekat di kuartal II-2025 nanti adalah RUPS di mana agenda rutin yang biasanya dimintakan restu adalah pembagian dividen dan sejak melantai di BEI, TUGU tidak pernah absen membagikan dividen kepada pemegang saham” tuturnya.
Menurut perhitungan Yazid, dengan capaian laba tahun berjalan di 2024 dan menggunakan rasio payout dividen historis 40 persen, maka potensi dividen yang kemungkinan disetor ke pemegang saham mencapai Rp300 miliar.