IDXChannel - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat ada tiga provinsi dengan pertumbuhan outstanding pembiayaan pinjaman daring (pindar) terbesar yakni di Jawa Barat (24,80 persen), DKI Jakarta (16,38 persen), dan Jawa Timur (11,80 persen), sehingga Pulau Jawa masih mendominasi pembiayaan pindar dengan proporsi 69,95 persen.
Sementara itu, pertumbuhan pembiayaan di luar Pulau Jawa meningkat 36,14 persen yoy mencapai Rp27,92 miliar, mencerminkan potensi yang besar untuk terus dikembangkan seiring peningkatan inklusi keuangan dan digitalisasi di daerah.
Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK Agusman mengatakan, per Oktober 2025, terdapat 22 penyelenggara Pindar dengan TWP90 di atas 5 persen, mayoritas berasal dari segmen produktif.
"Hal ini antara lain disebabkan karena segmen tersebut berhadapan langsung dengan dinamika perekonomian," tuturnya dalam jawaban tertulis Kamis (18/12/2025).
Adapun ketentuan batas maksimum rasio utang terhadap penghasilan yang diterapkan secara bertahap hingga 2026. Hal ini dimaksudkan agar Penyelenggara Pindar melakukan persiapan yang cukup antara lain tersedianya sistem penilaian risiko yang memadai, sehingga pembiayaan dapat disalurkan secara prudent dan berkelanjutan.
Agusman menuturkan, industri Pindar diperkirakan terus tumbuh positif pada 2026, antara lain didorong oleh digitalisasi pembiayaan dan inovasi produk berbasis data alternatif, dengan tantangan seperti perlunya penguatan mitigasi risiko kredit dan penguatan ketahanan terhadap dinamika perekonomian, sehingga Penyelenggara Pindar perlu melakukan langkah-langkah penguatan untuk menjaga keberlanjutan dan kualitas pembiayaan.
Penetapan batas maksimum manfaat ekonomi dan denda keterlambatan di industri Pindar dapat dilakukan evaluasi secara berkala, dengan mempertimbangkan antara lain kondisi perekonomian dan perkembangan industri Pindar, Penyesuaian dapat dilakukan sesuai hasil kajian dan diskusi bersama Asosiasi untuk memastikan keberlanjutan dan kepatuhan industri.
Sementara itu, pembiayaan sektor produktif diperkirakan tetap tumbuh positif, dengan peluang antara lain ekspansi ke UMKM unbanked/underbanked, integrasi data transaksi digital, dan inovasi produk modal kerja yang fleksibel.
"Penilaian kelayakan kredit tetap menjadi tantangan, terutama karena karakter UMKM yang beragam dan perlunya menjaga arus kas yang tetap positif," katanya.
Outstanding pembiayaan Pindar Syariah per Oktober 2025 meningkat 38,15 persen yoy menjadi Rp1,87 triliun. Ke depan, kinerja Pindar Syariah berpotensi terus tumbuh dengan tantangan utama pada penguatan manajemen risiko, efisiensi operasional, serta perluasan literasi dan ekosistem syariah.
(kunthi fahmar sandy)