IDXChannel - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengungkap alasan pemerintah terus memperbesar penempatan dananya di perbankan nasional.
Terbaru, pemerintah melakukan injeksi likuiditas tambahan sebesar Rp76 triliun di Mandiri, BNI, BRI, dan Bank DKI.
Tambahan dana tersebut dilakukan 10 November 2025 kepada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI masing-masing sebesar Rp25 triliun. Selain itu, Bank DKI menerima alokasi Rp1 triliun.
Dengan penempatan terbaru ini, total dana yang disuntikkan pemerintah di perbankan mencapai Rp276 triliun.
Purbaya menilai tambahan likuiditas ini diperlukan agar sistem perbankan dapat menurunkan biaya dana (cost of fund) lebih cepat, terutama setelah pertumbuhan base money yang mengalami penurunan.
"Setelah penempatan tersebut, likuiditas domestik meningkat, terbukti dengan pertumbuhan DPK yang stabil di 11,5 persen dan pertumbuhan kredit yang solid di Oktober," kata Purbaya dalam konferensi pers APBN KiTa, Kamis (20/11/2025).
Pemerintah berharap tren penurunan cost of fund ini berlanjut ke penurunan suku bunga kredit tertimbang. Sebelumnya, data menunjukkan perbaikan, di mana suku bunga kredit tertimbang per Oktober 2025 berada di 9 persen, turun dari 9,12 persen pada Juli.
Menurut Bendahara Negara itu, dampak penuh dari injeksi likuiditas ini biasanya membutuhkan waktu dua hingga tiga bulan untuk terlihat secara menyeluruh.
Purbaya memperkirakan penguatan kredit, terutama kredit investasi yang mulai menunjukkan perbaikan, akan terlihat lebih jelas pada periode Desember hingga Januari, saat transmisi likuiditas bekerja penuh. Kondisi ini dinilai penting untuk mendorong konsumsi dan investasi di tengah tantangan global.
Adapun penempatan dana sebelumnya senilai Rp200 triliun di bank Himbara dan Bank Syariah Indonesia (BSI) telah menunjukkan hasil positif, dengan penyaluran kredit mencapai Rp188 triliun hingga 31 Oktober 2025.
"Hingga 31 Oktober, penempatan Rp200 triliun di Himbara dan BSI telah disalurkan dalam bentuk kredit sebesar Rp188 triliun," kata dia.
(NIA DEVIYANA)