Teten menyebut, selama ini pembiayaan yang menjadi kebutuhan UMKM memiliki tantangannya, yakni seperti 47% pembiayaan UMKM belum dapat terlayani oleh lembaga jasa keuangan.
"Maka pembiayaan UMKM harus terus diperbesar dan dipermudah untuk menjangkau karasteristik pelaku UMKM yang tidak seragam, ada mikro, kecil dan menengah, tengkulak atau agregator, tambahnya.
Kendati demikian, ia mengungkapkan bahwa Indonesia patut bersyukur karena telah memiliki indeks literasi keuangan yang terus membaik, angkanya dari 38,03% di 2019 menjadi naik ke 49,8% di tahun 2022. Sementara indeks inklusi keuangan 2022 menjadi 85,10% meningkat dibandingkan 2019 yang hanya 76,19%.
Direktur Utama BRI Sunarso pun juga memaparkan, BRI dapat berperan sebagai lembaga yang memberdayakan komunitas (dalam hal ini UMKM) untuk aktif dengan menyediakan kesempatan pendanaan, khususnya pada pelaku usaha Ultra Mikro (UMi) yang relatif belum terjangkau pada akses keuangan formal, sebagai upaya penguatan ketahanan ekonomi dan sosial.
BRI telah melakukan beberapa aksi nyata di antaranya pembentukan Holding Ultra Mikro, di mana BRI bersama dengan Pegadaian dan PNM telah menyediakan layanan keuangan yang terintegrasi dan memastikan nasabah ultra mikro dapat naik kelas dalam satu ekosistem yang utuh dalam konsep Empower, Integrate, dan Upgrade.