Pria yang sudah lebih dari 20 tahun berjualan telur itu menilai hal ini bisa terjadi kemungkinan karena peternaknya telur yang semakin bertambah. Menurutnya ketika peternak telurnya bertambah dan kebutuhan pasarnya tidak itu juga menjadi kemungkinan harga telur anjlok.
"Apa mungkin daya belinya yang menurun, bisa jadi kan kalau peternaknya bertambah terus pasarnya segitu-gitu aja kan otomatis menjatuhkan harga juga," tutur Gatot.
"Semakin banyak peternak kan barang semakin banyak juga, tapi tidak sesuai dengan kebutuhan pasar, otomatis jatuh juga kan, bisa jadi pasar juga lagi lesu," sambung Gatot.
Pedagang telur lain bernama Ade (27) juga membenarkan hal tersebut, bahwa belakangan kondisi pasar sepi pengunjung meski sudah diberikan pelonggaran oleh pemerintah di masa pandemi covid 19.
Pelemahan dirasakan oleh Gatot pun turut dialami oleh Ade, menurutnya harga telur sebelumnya Rp23 ribu, dan kini Ade hanya menjual telur ayam ras Rp19 ribu perkilogram.