Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan divergensi pertumbuhan ekonomi dunia melebar dan ketidakpastian pasar keuangan global berlanjut.
Perekonomian AS tumbuh lebih kuat dari prakiraan didukung oleh stimulus fiskal yang meningkatkan permintaan domestik dan kenaikan investasi di bidang teknologi yang mendorong peningkatan produktivitas.
Di sisi lain, terdapat kekhawatiran dampak BI Rate terhadap rupiah. Menurut Airlangga, pelemahan rupiah terjadi karena dolar AS menguat terhadap semua mata uang.
"Kita tidak khawatir itu, yang penting fundamental kita kuat. Kita punya trade positif. Kita punya cadangan devisa juga kuat," kata Airlangga.
Dia juga menekankan perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS relatif lebih baik dibandingkan dengan mata uang regional lainnya.
"Sehingga tentu ini adalah gejala global yang tidak dihadapi oleh cuma Indonesia. Bahkan beberapa negara lebih dalam termasuk Jepang, Turki, dan yang lain," tuturnya.
(Febrina Ratna Iskana)