Di sisi lain, Airlangga menjelaskan bahwa impor komoditas pangan seperti kedelai, gandum, dan kapas hanya dilakukan untuk produk yang tidak diproduksi di dalam negeri, dengan tujuan menjaga stabilitas inflasi khususnya pada kelompok volatile food.
Mekanisme perizinan impor tetap akan dijalankan berbasis kebutuhan nasional melalui pengaturan Neraca Komoditas.
Sebagai bagian dari komitmen investasi lanjutan, Pemerintah AS berencana menanamkan modal di berbagai sektor strategis Indonesia, antara lain Fasilitas Carbon Capture and Storage (CCS) senilai USD10 miliar oleh ExxonMobil, Pusat data di Batam senilai USD6,5 miliar oleh Oracle, Infrastruktur cloud dan AI senilai USD1,7 miliar oleh Microsoft, Pengembangan AI dan cloud senilai USD5 miliar oleh Amazon, serta Fasilitas produksi CT scanner pertama di Indonesia senilai Rp178 miliar oleh GE Healthcare.
(NIA DEVIYANA)