IDXChannel - Menteri BUMN Erick Thohir sudah bulat ingin membubarkan BUMN-BUMN berkantong tipis, yang hanya memiliki pendapatan di bawah Rp50 miliar. Selain itu, BUMN-BUMN tersebut sulit dikendalikan dan punya kerajaan-kerajaan kecil.
"Sudah terlalu banyak, dikendalikan juga sulit, akhirnya punya kerajaan-kerajaan kecil, ketika dikonsolidasikan tidak mudah. Hal ini terjadi dan terus dikonsolidasikan," ujar Erick, dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR, Kamis (2/12/2021).
Erick Thohir pun mengungkapkan terlalu banyak anak dan cucu usaha BUMN yang tak efisien. Bahkan, keberadaan anak cucu BUMN hanya memberatkan keuangan induk perusahaan saja.
Erick merasa geram karena anak dan cucu perusahaan hanya menyedot keuntungan holdingnya saja. Sementara, secara bisnis anak-anak perusahaan negara tersebut tidak memberikan kontribusi signifikan.
Bahkan dia mengungkapkan banyak tuduhan bahwa BUMN mematikan bisnis pengusaha daerah.
"Selama ini BUMN dituduh mematikan perusahaan daerah, pengusaha daerah. Lebih baik main yang besar-besar, kalau banyak anak cucu lagi, disedot lagi profit besar, akhirnya KKN diantara mereka akhirnya jatuh," katanya.
Tercatat, sebanyak 74 perusahaan pelat merah sudah dibubarkan, terdiri dari anak dan cucu BUMN. Adapun perseroan yang dibubarkan itu antara lain 13 anak dan cucu usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk.
Lalu, 26 anak dan cucu PT Pertamina (Persero), dan 24 anak dan cucu usaha PTPN Group atau Holding Perkebunan Nusantara. Selanjutnya, ada pula anak usaha dan cucu PT PLN (Persero) dan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk.
Rencana pembubaran atau penutupan perusahaan milik negara, salah satunya melalui skema swastanisasi perusahaan dengan tingkat pendapatannya di bawah standar atau kecil.
Kendati demikian, Erick memastikan, efisiensi yang dilakukan tidak berdampak pada pengurangan karyawan BUMN. Kepastian itu didasarkan pada keyakinan bila efisiensi jumlah anak dan cucu BUMN akan membuat bisnis perusahaan berkembang lebih baik. (RAMA)