Melansir CNBC International, peningkatan bisnis di Asia Tenggara dapat membantu mengimbangi tantangan yang dihadapi perusahaan besutan Steve Jobs tersebut baru-baru ini.
Perusahaan ini telah berupaya melakukan diversifikasi rantai pasokannya di luar basisnya di China sejak 2022, ketika perusahaan tersebut mengalami gangguan pasokan terkait pandemi.
Keseriusan Microsoft
Keputusan Microsoft untuk berinvestasi di Indonesia nampak cukup serius. Ini terbukti dari rencana untuk mendirikan wilayah datacenter pertama perusahaan di Indonesia.
Investasi yang diumumkan hari ini akan memungkinkan Microsoft untuk memenuhi permintaan terhadap layanan komputasi awan (cloud computing services) di Indonesia yang terus meningkat.
Hal ini juga akan memungkinkan Indonesia untuk memanfaatkan peluang ekonomi dan produktivitas signifikan, yang dihadirkan oleh teknologi AI terbaru.
Menurut penelitian Kearney, AI dapat menyumbang hampir USD1 triliun terhadap produk domestik bruto (PDB) Asia Tenggara pada 2030, dengan Indonesia diproyeksikan menyerap USD366 miliar dari jumlah tersebut.
Selain berupa modal, Microsoft juga akan memberikan peluang bagi 840.000 orang di Indonesia dengan menyediakan pelatihan keterampilan AI kepada siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) melalui program AI TEACH for Indonesia.
Microsoft juga akan meemberikan peluang dan dukungan untuk membangun karier di bidang keamanan siber bagi perempuan melalui program Ready4AI&Security.
Tak hanya itu, Microsoft juga akan memberikan pelatihan kefasihan AI untuk meningkatkan kemampuan dan kesiapan kerja bagi generasi muda dari komunitas yang kurang terlayani dan kurang terwakili.
Termasuk, Microsoft akan mendukung pelatihan di bidang AI dan teknologi digital untuk karyawan organisasi nirlaba.
Sementara, Apple nampak melihat Indonesia hanya sebagai pasar yang bisa menggantikan China di masa depan. Ini terlihat dari fokus perluasan bisnis Apple yang hanya berpaku pada pengembangan Apple Store.
Indonesia termasuk pasar yang menjanjikan bagi ekosistem Apple. Menteri Perindustrian (menperin) Agus Gumiwang juga mengatakan produksi ponsel di Indonesia pada 2023 mencapai 49 juta unit, sedangkan impornya hanya sebesar 2,79 juta unit. Dari 2,79 juta unit ponsel yang diimpor itu, sebanyak 85 persennya berasal dari produk Apple.
Namun demikian, melansir Statista, hingga Januari 2024, Oppo masih memimpin pasar vendor ponsel di Indonesia, dengan pangsa pasar hampir 18 persen.
Disusul Samsung dengan pangsa pasar sekitar 17,44 persen di periode yang sama. Sementara Apple menduduki posisi kelima dengan pangsa pasar hanya mencapai 11,57 persen.
Kedatangan CEO Apple sebelumnya dapat mendukung pemerintah untuk menciptakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) demi menciptakan nilai tambah untuk Negara.
"Oleh sebab itu kepentingan dari Indonesia tetap adalah menciptakan nilai tambahnya di Indonesia," kata Agus. (ADF)