Sementara itu, Menteri Bandar antusias dengan peluang kolaborasi antara Indonesia dan Saudi di sektor pertambangan. Dia melihat Indonesia memiliki pengalaman panjang di sektor tersebut, sehingga dia berharap Indonesia bisa berbagi soal peningkatan kapasitas SDM kepada Saudi.
Dalam kerja sama ini, kata dia, ada tiga prioritas utama. Pertama, peningkatan impor produk pertambangan untuk mendukung perdagangan dua arah. Kedua, memperkuat rantai pasok industri mineral. Ketiga, menjalin kemitraan dalam perdagangan dan investasi, termasuk potensi kolaborasi antar BUMN kedua negara.
Dia juga menyinggung Future Minerals Forum yang diselenggarakan rutin oleh Pemerintah Arab Saudi. Forum ini menjadi wadah berkumpulnya pemangku kepentingan global dari sektor mineral untuk menggali peluang kerja sama strategis sehingga diharapkan hubungan Indonesia dan Saudi terus meningkat.
Menurut Menteri Bandar, kerja sama di sektor pertambangan ini sejalan dengan Visi 2030 Arab Saudi, yang menempatkan sektor pertambangan sebagai salah satu pilar utama diversifikasi ekonomi di luar minyak. Lewat visi besar ini, Arab Saudi bakal mengembangkan industri pertambangan yang berkelanjutan dan berdaya saing global, dengan fokus pada pemanfaatan potensi mineral seperti emas, fosfat, bauksit, dan logam tanah jarang.
"Strategi ini diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja, menarik investasi asing, serta membangun rantai nilai domestik yang kuat," kata Bandar.
(Rahmat Fiansyah)