sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

AS Sebut China Pemicu Krisis Utang Global, Beijing: Tuduhan Tak Berdasar

Economics editor Wahyu Dwi Anggoro
31/03/2023 13:45 WIB
China mengkritik pernyataan Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen yang mengatakan Negeri Tirai Bambu tersebut menyebabkan krisis utang.
AS Sebut China Pemicu Krisis Utang Global, Beijing: Tuduhan Tak Berdasar. (Foto: MNC Media)
AS Sebut China Pemicu Krisis Utang Global, Beijing: Tuduhan Tak Berdasar. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - China mengkritik pernyataan Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen yang mengatakan Negeri Tirai Bambu tersebut menyebabkan krisis utang di banyak negara berkembang. China menyebut tuduhan Yellen tidak bertanggung jawab dan tak berdasar.

"Amerika Serikat seharusnya bertindak untuk membantu negara-negara berkembang, bukannya menuding negara lain dan membuat pernyataan yang tidak bertanggung jawab," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning, dalam sebuah konferensi pers pada hari Kamis (30/3/2023), dilansir dari Reuters.

"Kami tidak sudi menerima tuduhan yang tak masuk akal dari Amerika Serikat," tambah Mao.

Yellen pada Rabu (29/3/3023) mengatakan bahwa dia prihatin dengan aktivitas pemberian pinjaman oleh China kepada negara-negara berkembang. Dalam sebuah sesi dengar pendapat dengan anggota parlemen AS, ia menyatakan pihaknya berusaha keras melawan pengaruh China di lembaga-lembaga keuangan internasional.

"Saya sangat, sangat prihatin dengan beberapa aktivitas yang dilakukan China secara global. Membuat banyak negara terjebak utang dan tidak mendorong pembangunan ekonomi," kata Yellen.

Pemerintah China balik menuduh AS sebagai penyebab utama krisis utang global. China menyebut kondisi utang negara berkembang diperparah kebijakan kenaikan suku bunga yang dilakukan oleh Federal Reserve AS.

China mengatakan bahwa mereka selalu mengikuti aturan-aturan internasional dan melakukan kerja sama dengan negara-negara berkembang berdasarkan prinsip keterbukaan dan transparansi.

Antara 2008 dan 2021, China menyalurkan dana talangan sebesar USD240 miliar untuk membantu 22 negara berkembang. Jumlah tersebut meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir karena semakin banyak negara yang kesulitan membayar kembali pinjaman yang digunakan untuk membangun infrastruktur dalam kerangka proyek Belt and Road.

China sedang menegosiasikan restrukturisasi utang dengan beberapa negara termasuk Zambia, Ghana, dan Sri Lanka. China juga meminta Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional untuk menawarkan keringanan utang.
(WHY/Anggerito Kinayung Gusti)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement