Sebelum pengumuman tarif baru AS, pertumbuhan kawasan diperkirakan berada di atas 4 persen pada 2025–2026. Namun skenario terbaru bisa menurunkannya menjadi di bawah 4 persen tahun ini dan bahkan hanya 3,4 persen pada 2026.
Meski begitu, AMRO menyebut, struktur ekonomi kawasan kini lebih sehat. Ketergantungan terhadap ekspor ke AS terus menurun, dari 24 persen di periode 2000 menjadi hanya 15 persen saat ini. Pasar dalam negeri dan perdagangan antar negara ASEAN+3 justru tumbuh pesat.
Tak hanya menghadapi tantangan jangka pendek, AMRO juga menekankan pentingnya reformasi struktural untuk memperkuat pertumbuhan jangka panjang.
“Revitalisasi reformasi struktural dan peningkatan produktivitas sangat penting untuk membuka potensi pertumbuhan kawasan yang belum tergarap,” kata Kepala Regional Surveillance AMRO, Allen Ng.
“Percepatan digitalisasi, transisi menuju ekonomi hijau, dan peningkatan produktivitas akan membantu ASEAN+3 mempertahankan pertumbuhan yang tangguh dan berkualitas tinggi," ujarnya.
Beberapa prioritas yang disorot AMRO di antaranya peningkatan industri, investasi di energi terbarukan, peningkatan produktivitas sektor jasa, serta kerja sama lebih erat dalam perdagangan digital.