sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Bahlil Sebut Geothermal Bakal Jadi Penopang Program Hilirisasi

Economics editor Iqbal Dwi Purnama
17/09/2025 17:09 WIB
Pemerintah terus mendorong optimalisasi energi panas bumi alias geothermal seiring masih rendahnya pemanfaatan dibandingkan potensinya.
Pemerintah mendorong optimalisasi energi geothermal seiring masih rendahnya pemanfaatan dibandingkan potensinya. (Foto: iNews Media/Tangguh Yudha)
Pemerintah mendorong optimalisasi energi geothermal seiring masih rendahnya pemanfaatan dibandingkan potensinya. (Foto: iNews Media/Tangguh Yudha)

IDXChannel - Pemerintah terus mendorong optimalisasi energi panas bumi alias geothermal seiring masih rendahnya pemanfaatan dibandingkan potensinya. Padahal, energi baru terbarukan (EBT) ini berpotensi menopang program hilirisasi.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia mengatakan, geothermal ke depan tidak hanya digunakan untuk kebutuhan pelanggan rumah tangga, melainkan pelanggan yang lebih besar yakni industri.

Pemerintah, kata Bahlil, ingin agar geothermal mendukung program hilirisasi agar produk-produk buatan industri bisa diterima di pasar global sejalan dengan tren ESG (Environmental, Social, and Governance).

"Energi geothermal itu tidak hanya disuplai nantinya untuk konsumsi rumah tangga, tapi akan menjadi konsumsi industri hilirisasi, sehingga size market-nya (pangsa pasar) lebih besar lagi. Jadi tidak perlu ragu, datang investasi, kita akan layani," ujarnya dalam The 11th Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition 2025 di Jakarta, Rabu (17/9/2025).

Dia menambahkan, pemerintah tengah mendorong hilirisasi pada komoditas strategis, mulai dari nikel, tembaga, bauksit, timah hingga batu bara. Sektor-sektor itu membutuhkan pasokan energi bersih yang andal dan berkelanjutan.

Bahlil menyampaikan, potensi cadangan geothermal di Indonesia mencapai 23.742 megawatt (MW). Namun yang dimanfaatkan baru 2.744 MW atau 11,6 persen.

Tak hanya geothermal, kata dia, potensi EBT di Indonesia juga sangat luas mulai dari sumber energi matahari, air, hingga angin.

"Bahkan kemarin dalam arahan, sedang didesain untuk membangun 80-100 gigawatt (GW) solar panel," ujarnya.

"Sehingga ke depan kita tidak lagi memakai energi fosil. Pada saatnya, kalau sudah ekonomis, kita mainkan barang itu," kata Bahlil.

(Rahmat Fiansyah)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement