Dian Kusumo
IDXChannel - Pemerintah Rusia menyatakan bahwa pihaknya akan terus melakukan intervensi mata uang asing dengan menjual Yuan. Penjualan tersebut akan dimulai pada Jumat (13/1/2023) waktu setempat.
Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk pembalasan terkait adanya sanksi barat yang diterapkan kepada Rusia dan untuk mejaga stabilitas perekonomian Rusia. Dilansir melalui Reuters, Jumat (13/1/2023), usai Barat memberlakukan sanksi atas perang di Ukraina, ekonomi Rusia telah menunjukkan ketahanan yang luar biasa.
Namun, Rusia saat ini mendekatkan diri kepada China. Misalnya saja, pelajar China berbondong-bondong menuntut ilmu ke sejumlah universitas Rusia, bahasa Mandarin menghiasi tanda-tanda di tempat-tempat wisata Moskow bersama bahasa Inggris dan Rusia, dan Presiden Vladimir Putin telah menggembar-gemborkan kemitraan "tanpa batas" dengan Presiden Xi Jinping.
Kementerian Keuangan Rusia, yang bersama dengan bank sentral memimpin respons ekonomi Moskow terhadap sanksi tersebut, mengatakan akan menjual 54,5 miliar rubel (USD798 juta) dalam mata uang asing mulai 13 Januari di tengah pendapatan minyak dan gas yang menurun.
"Untuk meningkatkan stabilitas dan prediktabilitas kondisi ekonomi domestik, serta untuk mengurangi dampak kondisi pasar energi yang tidak stabil terhadap ekonomi Rusia dan keuangan publik, Kementerian Keuangan akan melanjutkan operasi pembelian/penjualan aset likuid," kata Kementerian Keuangan Rusia. Bank sentral Rusia mengatakan akan melakukan transaksi valas di pasar yuan dari Moscow Exchange untuk penyelesaian hari ini.
