Faktor kedua yang menunjang performa ekonomi yang solid adalah faktor musiman. Periode Ramadan dan Idulfitri yang jatuh di triwulan kedua tahun ini berkontribusi menopang pertumbuhan ekonomi dan bisnis.
Tereskalasinya tensi geopolitik dan pulihnya perekonomian global juga mengerek harga komoditas yang menjadi faktor ketiga.
Sebagai net eksportir komoditas energi utama, seperti batu bara dan CPO, Indonesia menikmati windfall dalam bentuk lonjakan nilai ekspor dan penerimaan perpajakan yang berkontribusi signifikan dalam pertumbuhan angka PDB triwulan lalu.
Namun, naiknya harga komoditas energi menimbulkan risiko terhadap pertumbuhan ekonomi yang berpengaruh pada tingkat harga. Dampaknya, yaitu pada biaya produksi dan daya beli masyarakat.
"Beruntungnya, potensi dampak negatif ini diantisipasi oleh faktor keempat. Keputusan pemerintah Indonesia untuk menambah subsidi dan menjaga tingkat harga BBM selama Triwulan-II 2022 di tengah lonjakan drastis harga minyak global membantu menahan tingkat inflasi relatif rendah selama periode tersebut," papar riset tersebut.
Namun, pemerintah memutuskan untuk menunda pengurangan subsidi dan menaikkan harga BBM di Triwulan-III 2022. Dengan demikian, konsumsi tetap meningkat secara stabil seiring momentum pemulihan permintaan di triwulan kedua 2022.
Faktor-faktor itu kemudian juga didukung pertumbuhan sektoral, di mana sektor transportasi dan pergudangan, serta akomodasi dan makanan-minuman juga mencatatkan performa impresif selama triwulan kedua 2022. (NIA)
Penulis: Ahmad Dwiantoro