"Tapi kalau HET tetap ada kemudian di atas harga keekonomian tidak ada dampaknya juga, sebenarnya itu masalahnya HET," imbuh Vid.
Kemudian, dia juga menerangkan, jika seumpama pedagang diminta menjual Minyakita seharga Rp 14.000 per kg, sementara pedagang masih memiliki stok yang dibeli seharga Rp 20.000 per kg, akan menjadi masalah lagi apabila pemerintah tidak memberikan kompensasi.
Kompensasi yang dimaksud di sini adalah selisih yang diberikan pemerintah kepada pedagang.
"Misal biaya Rp 25.000 terus harus menjual Rp 20.000, kalau making profit itu anggaplah Rp 26.000 sudah making profit. Sekarang gini, ada jaminan gak berapa besar yang akan dikompensasi? Kalau seandainya clear semua kerugian akan dikompensasi, ya clear," terang Vid.
Namun umumnya di lapangan, pedagang tidak diberikan ketetapan waktu kapan diberikan kompensasi tersebut. Sehingga, para pedagang enggan menjual minyak goreng sesuai HET.