Sebelumnya, dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh TikTok pada 15 Juni 2023, perusahaan tersebut mengatakan akan menginvestasikan USD12,2 juta selama tiga tahun ke depan untuk membantu 120.000 usaha kecil di Asia Tenggara dan memindahkan operasi mereka secara online melalui platformnya.
Era Baru E-Commerce, Nasib BELI, BUKA, GOTO Aman?
Sejumlah perusahaan teknologi di Asia Tenggara memulai persaingan besar-besaran tahun ini. Di Tanah Air, kinerja PT Global Digital Niaga Tbk atau yang lebih dikenal dengan Blibli (BELI), PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), dan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) menghadapi tantangan serius dari TikTok Shop.
Menurut laporan Momentum Works, nilai transaksi bruto atau GMV e-commerce di Asia Tenggara mencapai USD99,5 miliar pada 2022. Angka ini naik 14,23 persen dibanding tahun sebelumnya.
Pada 2022 Shopee menjadi perusahaan e-commerce dengan GMV terbesar di Asia Tenggara, yakni USD47,9 miliar atau 48,14 persen dari total GMV e-commerce di kawasan ini. Lazada berada di posisi kedua dengan GMV mencapai USD20,1 miliar.
Di lain pihak, e-commerce Tanah Air, yakni Tokopedia dan Bukalapak masing-masing mencatatkan GMV USD18,4 miliar dan USD5,3 miliar.
TikTok Shop menempati urutan ke lima dengan GMV USD4,4 miliar di Asia Tenggara pada 2022. Lalu Blibli memiliki GMV sebesar USD2,2 miliar.
Ada pula perusahaan e-commerce asal Vietnam, Tiki.vn, yang memiliki GMV USD500 juta. Sementara, Amazon dan Sendo mencatatkan GMV masing-masing sebesar USD400 juta di Asia Tenggara. (Lihat grafik di bawah ini.)
Momentum Works memprediksi GMV e-commerce di Asia Tenggara bakal terus meningkat hingga mencapai USD175 miliar pada 2028. Prediksi itu bisa tercapai apabila kondisi ekonomi di kawasan ini dalam skenario normal.
Di sisi lain, dalam skenario terbaik, GMV e-commerce di Asia Tenggara diprediksi dapat mencapai USD232 miliar, sedangkan dalam skenario terburuk USD121 miliar.
Namun, peningkatan pesat dalam layanan digital menyebabkan posisi BELI, GOTO, BUKA, hingga Shopee dan Lazada kian sulit ditengah eksistensi TikTok Shop.
Selain itu, tantangan belanja konsumen yang lemah di tengah prospek makroekonomi yang menantang memberikan tekanan pada bisnis e-commerce.
Persaingan yang ketat ini kian terlihat ketika pada pertengahan Juli lalu Alibaba, sang induk Lazada, menyuntik USD845 juta lebih ke Lazada dalam pertempuran dengan Shopee dan TikTok. Shopee juga dikabarkan akan kembali melakukan bakar uang setelah sempat mengatakan akan menghemat pengeluaran untuk mengejar profit.
Sementara sebagai pemain baru, TikTok secara agresif mendapatkan daya tariknya di kancah e-commerce Asia Tenggara. Meski demikian, langkah TikTok nampaknya akan tertinggal dibandingkan pesaing regionalnya seiring dengan peraturan pembatasan yang akan diberlakukan oleh pemerintah.
TikTok juga disebut akan terus melakukan bakar uang, yang merupakan strategi teruji untuk memenangkan pangsa pasar.
“TikTok menghabiskan banyak uang saat ini untuk insentif bagi pembeli dan penjual, yang mungkin tidak berkelanjutan,” kata Jonathan Woo, analis senior di Phillip Securities Research dikutip CNBC Internasional.
Woo mengatakan dia memperkirakan insentif TikTok mencapai USD600 juta dan USD800 juta per tahun, atau 6 persen hingga 8 persen dari USD10 miliar GMV pada 2023.
Peningkatan GMV TikTok Shop di Asia Tenggara pada 2022 juga menjadi tingkat pertumbuhan tercepat di antara pesaing seperti Shopee, Lazada dari Alibaba, bahkan GOTO.
Berbicara soal GOTO, layanan e-commerce dan jasa ride hailing andalan RI juga ini juga masih terseok dalam meningkatkan keuntungan di tahun ini.
Jalan GOTO menuju profitabilitas, yang dikejar hingga akhir kuartal 2023 (dalam bentuk adjusted EBITDA), berpotensi akan semakin berat di tengah lautan persaingan yang semakin ketat ini.
Meski pada kuartal I-2023, TikTok Indonesia menghasilkan GMV USD2,5 miliar, lebih rendah dibandingkan GOTO USD4,2 miliar.
Namun, basis pelanggan TikTok Shop ke depan bakal lebih besar. Sebab, perusahaan ini membidik konsumen menengah atas Tokopedia.
Ini mengindikasikan aksi TikTok membakar duit untuk menggenjot pertumbuhan dan pangsa pasar di Indonesia belum akan berhenti dalam waktu dekat. (ADF)