Mantan Direktur Utama Pertamina itu menambahkan, pemerintah kini tidak lagi hanya fokus mengenai bagi hasil migas, namun juga upaya peningkatan produksi. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mendukung kemandirian energi dan terciptanya lapangan kerja.
"Multiplier effect kaitannya untuk kontribusi nasional yang lain aspek perpajakan sekarang sangat fleksibel. Government mengenai perhitungan selalu mendukung agar selalu ekonomis dalam mengelola blok tersebut," kata Dwi.
Dwi menargetkan, produksi Blok Rokan dapat mencapai 170-180 ribu barel per hari (bph) pada tahun depan. Salah satunya melalui pengeboran masif dan agresif, serta kerja sama dengan pihak lain untuk pengembangan sumur idle.
"Pemerintah sudah menargetkan 1 juta barel di 2030 tentu saja potensinya tidak hanya dari Cepu, tetapi juga dari kegiatan pengembangan EOR di wilayah kerja lain yang diharapkan cukup besar. Jangka panjang pengembangan migas non-konvensional yang saat ini mulai dilirik dari luar negeri dan dalam negeri untuk ekspor lebih dalam potensi Indonesia dalam minyak konvensional," katanya.
Sebagaimana diketahui, produksi minyak nasional saat ini ditopang oleh dua blok jumbo, yaitu Blok Rokan dan Blok Cepu. Adapun lifting Blok Cepu saat ini berada di level 160-170 ribu bph, sementara Blok Rokan sekitar 160-165 ribu bph.(FAY)