Sementara itu, Aam juga melaporkan analisis curah hujan dalam sepekan terakhir. “Kita lihat memang meskipun tidak terlalu dominan tapi hidrometeorologi basah masih mempengaruhi cuaca ekstrem dan banjir.”
“Kalau kita lihat analisis curah hujan Indonesia dalam satu Minggu, 25 September sampai 1 Oktober. Pertama, ini 25 September kita lihat relatif tidak terlalu banyak ya hanya beberapa di kawasan perairan 25 September, 26 September masih dominan di kawasan perairan tetapi ada di Kalimantan Utara sedikit dan Kalimantan Barat dan ada di Sumatera Utara dan Riau,” katanya.
Kemudian, kata Aam, pada 27 September daerah Jawa, Sulawesi, Kalimantan bersih dari awan hujan, hanya di Sumatera Barat bagian pesisir barat dan utara. Selanjutnya 28 September, curah hujan cukup tinggi di Kalimantan dan Papua bagian tengah. Lalu, 29 September masih dominan di Kalimantan dan Sulawesi bagian selatan dan tengah, dan 30 September Sumatera bagian utara dan Kalimantan bagian selatan dan tengah bagian selatan.
“Nah, 1 Oktober memang agak sedikit tinggi curah hujannya di sebagian Kalimantan dan Sumatera,” katanya.
Jadi, Aam mengatakan dalam satu Minggu ini curah hujan di Indonesia tidak terlalu tinggi. “Dan frekuensi kejadian hujan pun mungkin tidak terlalu tinggi, sehingga ini mempengaruhi berkurangnya frekuensi kejadian bencana hidrometeorologi di Indonesia.”