Dengan ruang lingkup investasi yang sangat besar, Muliaman menilai tidak cukup jika pendanaan berasal dari bank saja. Menurutnya, peluang tersebut hanya bisa dilakukan melalui BP Danantara.
“Contoh misalnya hilirisasi, biasanya hilirisasi itu memerlukan pembiayaan jangka panjang yang besar sekali, yang kadang-kadang sulit kalau itu dibiayai satu, dua bank, karena begitu besarnya keperluan dana, nah biasanya Danantara melihat peluang ini,” kata Muliaman.
Dengan mencaplok Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Indonesia Investment Authority (INA), dan special mission vehicles (SMV), Muliaman memastikan pihaknya bisa mengonsolidasikan investment management, investment banking, dan asset management.
Dalam skemanya, fungsi investment management akan dijalankan oleh Indonesia Investment Authority, yaitu sayap investasi yang selama ini dikelola INA yang bakal semakin diperluas dan dioptimalkan.
Lalu, investment banking oleh SMV dan dan himpunan bank milik negara (Himbara), terutama fokus pada pendanaan untuk proyek infrastruktur dan proyek lain yang bersifat jangka panjang.
Sementara itu, asset management merupakan hasil konsolidasi seluruh aset-aset BUMN.
“Danantara bisa melakukan itu nanti, sehingga kebutuhan untuk membiayai proyek-proyek tertentu, tidak hanya hilirisasi ya, ada kegiatan-kegiatan yang lain tentu saja terbuka untuk penelitian Danantara apa yang bisa dilakukan,” ujarnya.
(Febrina Ratna)