Lebih lanjut, pihaknya juga menggunakan marketing intelligent tools dengan memanfaatkan big data. Tujuannya melihat persepsi pasar dari pembicaraan publik di sosmed.
Temuan utama adalah isu penanganan pandemi Covid-19 sangat berpengaruh. Hal ini bisa menjadi sentimen negatif yang merusak citra positif pariwisata Indonesia.
Dampaknya bisa menekan citra pariwisata nasional di bawah 50% karena dampak penanganan pandemi yang belum membaik.
"Kabar baiknya citra pariwisata Indonesia masih bagus di beberapa negara. Dari kerja sama terpadu dengan mitra-mitra di 9 negara, terdapat hampir 300 ribu pesanan trip yang tidak dibatalkan. Ini tandanya Indonesia masih dipercaya dunia internasional," katanya.
Kinerja pihaknya yang masih harus ditingkatkan yaitu dalam transaksi produk ekonomi kreatif (Ekraf) unggulan. Menurutnya transaksi penjualan yang tercatat hanya Rp792 miliar dari target
Rp890 miliar.