sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

BRIN: RI Kaya, tapi Belum Menguasai Teknologi

Economics editor Wiwie Heryani
31/08/2023 11:39 WIB
BRIN mengungkap bahwa masih ada kendala dalam dunia penelitian Indonesia untuk bisa maju. Poin yang disorot adalah ketertinggalan pemanfaatan teknologi. 
BRIN: RI Kaya, tapi Belum Menguasai Teknologi. (Foto: MNC Media)
BRIN: RI Kaya, tapi Belum Menguasai Teknologi. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Badan Riset dan Inovasi Nasional mengungkap bahwa masih ada kendala dalam dunia penelitian Indonesia untuk bisa maju. Poin yang disorot adalah ketertinggalan pemanfaatan teknologi

“Indonesia apa sih yang kita punya, untuk menjadi modal dasar pembangunan. Kita punya kekayaan hayati yang luas, maritimnya luas. Hutan dan seterusnya. Itu modal dasar kita,” ujar Kepala Organisasi Riset Ilmu Hayati dan Lingkungan BRIN, Iman Hidayat, dalam wawancara eksklusif yang baru-baru ini dilakukan di JS Luwansa Hotel, Jakarata.

“Kan sekarang kondisinya kita kaya, tanah kita subur. Tapi memang kita cukup tertinggal nih dalam konteks penguasaan teknologi dan pemanfaatan kekayaan alam,” lanjutnya.

Iman memberi contoh produksi benang silk. Indonesia kebanyakan masih mengandalkan produksi konvensional seperti pemanfaatan ulat sutra. Tapi, di negara maju peneliti sudah berhasil menciptakan benang sutra dari genom mikroorganisme. 

"Pada saat negara-negara lain sudah bisa mengcreate, contoh benang, silk, hanya menggunakan mikroorganisme, jadi data genom, laba-laba kan dia menghasilkan jaring ya, si gen penghasil jaringnya dikeluarkan, dimasukkan ke mikroorganisme disimpan di fermentol, dihasilkan benang, ditarik, dispining jadi benang,” tuturnya.

“Pada saat negara maju sudah menggunakan data genom jadi produk, era data mining, kita masih konvensional. Nah itu kelemahan kita salah satunya,” lanjutnya. 

Tak hanya ketertinggalan dalam hal pemanfaatan kekayaan alam dan penguasaan teknologi, faktor selanjutnya yakni karena kondisi Indonesia yang merupakan negara maritim. Sehingga, para peniliti di Indonesia dituntut agar semakin aware dan jeli dalam hal monitoring. 

“Terus yang ketiga, kita negara kepulauan. Jauh sekali jaraknya. Kita perlu mengembangkan pengindraan. Karena kalau kita lemah dalam konteks pengindraan, riset-riset yang dulu dilakukan temen-temen di Lapan, bagaimana kita bisa memonitor,” paparnya. 

Padahal, seperti disebutkan sebelumnya, Indonesia amat sangat kaya akan hayati, hutan, bahkan maritimnya. Ini modal yang baik untuk bisa menempatkan Indonesia di level atas bidang penelitian. 

Dengan begitu, amat penting bagi para peneliti Indonesia untuk mahir memanfaatkan teknologi. Penguasaan teknologi untuk menghasilkan produk unggulan dari kekayaan Indonesia itu sendiri.

"Sehingga kalau bicara prioritas riset, bagi saya yang pertama adalah penguasaan teknologi untuk menghasilkan produk-produk unggul dari kekayaan kita yang ada. Jadi, jangan sampai kita tidak mampu memanfaatkan apa yang kita punya," tegasnya. 

Karena itulah program Merck Young Scientist Award (MYSA) 2023 yang digelar Merck dengan BRIN serta Universitas Gadjah Mada, kini kembali digelar untuk ketiga kalinya.

Direktur PT Merck Chemicals and Life Sciences, Bruno A. Mateus, menjelaskan bahwa program ini diharapkan dapat membantu peneliti mengembangkan dan merealisasikan idenya. 

MYSA bertujuan untuk mengajak para ilmuwan muda untuk berdiskusi bersama, berbagi ide, mengembangkan penelitian ilmiah dan berkolaborasi untuk menciptakan terobosan baru sekaligus juga untuk menghargai dedikasi para ilmuwan dalam menciptakan solusi berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat Indonesia.

"Selain pendanaan, harapan kami dengan adanya program ini supaya terjalin kolaborasi lebih lanjut demi kemajuan ilmu pengetahuan," kata Bruno. 

"Kami harapkan juga nantinya peserta yang daftar bisa menghasilkan karya yang lebih bermanfaat khususnya untuk era sekarang," tambahnya.

Bruno melanjutkan, tahun ini, pihaknya berfokus pada pengembangan pengobatan inovatif berkelanjutan. Ia percaya bahwa para  ilmuan muda memainkan peran kunci dalam memajukan bidang kesehatan dan sains. 

Kualifikasi penelitian sendiri akan mencakup pengembangan produk dan pengetahuan dalam sektor pertanian, kesehatan, dan lingkungan yang telah dikaji dalam uji laboratorium.

(SLF)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement