Sementara pada saat yang sama populasi sepeda motor juga meningkat hngga 27,8 persen menjadi 19,22 juta kendaraan.
"Menyadari besarnya emisi karbon yang dihasilkan kendaraan berbasis fosil tersebut sudah mestinya menjadi momentum transformasi menuju ekosistem transportasi yang bersih," tutur Abra.
Untuk itu, Abra mendorong pemerintah agar dapat lebih fokus dalam menyediakan transportasi massal yang nyaman dan terjangkau.
"Ini untuk mengurangi emisi karbon dari penggunaan kendaraan pribadi," ungkap Abra.
Menurut Abra, tetap buruknya kualitas udara Jakarta meski PLTU Suralaya dalam posisi shutdown membuktikan bahwa sektor transportasi adalah penyumbang utama polutan di Jakarta.
Pernyataan Abra tersebut sekaligus merespons penghentian operasi 4 unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya sebagai bentuk voluntary shutdown. PLTU tersebut beroperasi dan menghasilkan kapasitas 1.600 megawatt (MW) sejak 29 Agustus.
"Sektor transportasi sebagai biang kerok polusi udara Jakarta tentu makin mengkhawatirkan mengingat tingginya pertumbuhan populasi kendaraan bermotor berbasis fosil di Jakarta. Namun setelah diberlakukan WFH pada Senin 4 September, kualitas udara berlangsung membaik," tegas Abra. (TSA)