IDXChannel - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo enggan berkomentar terkait impor 200.000 ton beras yang dilakukan Perum Bulog pada Desember 2022. Padahal, izin impor tersebut sudah diterbitkan pemerintah.
Keseluruhan impor beras yang ditargetkan pemerintah sebesar 500.000 ton. Hal ini diputuskan dalam rapat koordinasi terbatas (rakortas) beberapa waktu lalu.
"Aku tidak mau jawab itu. Cukup," ujar Syahrul saat dikonfirmasi wartawan, dikutip Jumat (9/12/2022).
Meskipun pemerintah sudah memutuskan mengimpor 200.000 ton beras hingga akhir tahun ini. Syahrul bersikeras tidak ada permasalahan dengan produktivitas beras saat ini.
Bahkan, dia mengklaim produktivitas beras tahun ini tertinggi sepanjang sejarah Indonesia. "Ini merupakan produktivitas paling tinggi selama Indonesia ada. Tanya BPS (Badan Pusat Statistik)," ujar dia.
Kementan memang mengeklaim data kesiapan penggilingan di 24 provinsi yang memasok beras ke Bulog sebesar 610.632 ton dan berlaku hingga akhir Desember 2022. Padahal, data ketersediaan beras yang disodorkan Kementan sebesar 610.632 ton, namun Bulog hanya mampu menyerap sekitar 166.000 ton dengan harga komersial.
Jumlah ini tercatat hingga 5 Desember 2022. Bahkan, stok beras yang diserap hingga akhir tahun diperkirakan hanya mencapai 300.000 ton.
Sebelumnya, Kementan memperkirakan produksi beras pada Oktober-Desember 2022 mencapai 6 juta ton. Dengan jumlah produksi itu, maka akan ada surplus beras 1,8 juta ton saat ini.
Namun, klaim surplus beras justru dipertanyakan Komisi IV DPR RI. Pasalnya, terjadi kenaikan harga beras di tingkat konsumen di angka 4 persen. Berdasarkan hukum dagang, surplus beras akan membuat harga beras di pasaran menurun.
Selain itu, Badan Pangan Nasional mencatat harga gabah kering panen atau GKP naik sebesar 15,7 persen dan harga beras medium naik 4,26 persen.
(FRI)