sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Cadangan Devisa RI Mei Turun saat Berkah Surplus Dagang, Perlukah Waspada?

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
09/06/2023 12:17 WIB
Posisi cadangan devisa  (cadev) Indonesia pada akhir Mei 2023 menurun ke level USD139,3 miliar dolar.
Cadangan Devisa RI Mei Turun saat Berkah Surplus Dagang, Perlukah Waspada? (Foto: MNC Media)
Cadangan Devisa RI Mei Turun saat Berkah Surplus Dagang, Perlukah Waspada? (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Posisi cadangan devisa  (cadev) Indonesia pada akhir Mei 2023 menurun ke level USD139,3 miliar dolar. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan posisi pada akhir April 2023 sebesar USD144,2 miliar.

Menurut keterangan resmi Bank Indonesia, Jumat (9/6/2023), penurunan posisi cadangan devisa tersebut dipengaruhi antara lain oleh kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah dan antisipasi kebutuhan likuiditas valas perbankan sejalan dengan meningkatnya aktivitas perekonomian. (Lihat grafik di bawah ini.)

Posisi cadangan devisa disebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Menurut BI, angka ini juga masih berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

“Ke depan, Bank Indonesia akan terus memperkuat ketahanan sektor eksternal sejalan dengan bauran kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” kata Erwin Haryono Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia. 

Cadangan Turun di Tengah Berkah Surplus Devisa

Tren penurunan cadangan devisa ini terpantau berbalik dari adanya surplus yang sempat dicatatkan pada Mei lalu.

Dalam data terbaru BI per 23 Mei 2023, kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal pertama tahun ini meningkat. 

NPI pada Q1 2023 mencatat surplus USD6,5 miliar, meningkat dari USD4,7 miliar pada kuartal empat 2022.

Kinerja NPI tersebut ditopang oleh berlanjutnya surplus transaksi berjalan dan diiringi oleh surplus transaksi modal dan finansial.

Transaksi berjalan juga kembali mencatat surplus didukung oleh surplus neraca perdagangan barang yang tetap tinggi. 

Pada Q1 2023, transaksi berjalan membukukan surplus sebesar USD3,0 miliar atau 0,9% dari PDB.

Capaian ini melanjutkan capaian surplus pada Q4 2022 sebesar USD4,2 miliar atau 0,3% dari PDB.

Surplus neraca perdagangan barang ini tetap tinggi didukung oleh permintaan dari mitra dagang utama terhadap komoditas ekspor nonmigas dan penurunan defisit migas seiring penurunan harga minyak dunia.

Selain itu, transaksi modal dan finansial juga mencatat surplus terutama ditopang oleh peningkatan kinerja investasi portofolio. 

Transaksi modal dan finansial pada Q1 2023 mencatat surplus USD3,4 miliar atau setara 1,0% dari PDB. Angka ini naik signifikan dibandingkan dengan surplus USD0,3 miliar atau 0,1% dari PDB pada Q4 2022.

Kenaikan ini didukung peningkatan kinerja investasi portofolio, terutama dalam bentuk aliran masuk pada Surat Berharga Negara (SBN) domestik diimbangi meredanya kekhawatiran investor terhadap ketidak pastian pasar keuangan global dan imbal hasil aset keuangan yang menarik.

Menurut laporan BI, investasi langsung juga tetap solid, dengan membukukan peningkatan surplus sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi domestik yang tetap terjaga.

Di sisi lain, transaksi investasi lainnya mengalami peningkatan defisit antara lain disebabkan oleh peningkatan investasi swasta dan kebutuhan pembayaran utang luar negeri.

Tren penurunan cadangan devisa ini tentu saja perlu diwaspadai di tengah ekonomi global yang sepenuhnya belum menunjukkan kinerja terbaiknya. Mengingat RI cukup tergantung dengan perdagangan internasional, perlambatan global bisa saja menjadi ancaman bagi penerimaan devisa negara ke depan. (ADF)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement