Dia melanjutkan, saat ini ada 19 unit smelter eksisting, dimana 13 di antaranya adalah smelter nikel. Adapun telah direncanakan pembangunan 17 smelter lainnya, sehingga total smelter nikel nantinya menjadi 30 unit, dengan nilai investasi USD8 miliar. Direncakan pada tahun 2023 ada 53 smelter yang beroperasi.
"Demikian juga dengan komoditas lainnya, antara lain bauksit, besi, tembaga, mangan, timbal, dan seng. Nanti diperkirakan akan menarik investasi sebesar USD21,28 miliar," ungkapnya.
Dia berharap progres pembangunan smelter akan diakselerasi pada tahun 2022 karena pada tahun 2023 adalah batas waktu untuk izin ekspor konsentrat. "Smelter ini harus jadi. Ini memang sudah menjadi aturan pemerintah bagaimana kita bisa secara serius dan sungguh-sungguh merealisasikan program hilirisasi," tegasnya. (NDA)