IDXChannel - Mahmudah, warga Sukun Kota Malang mengatakan, sempat kesulitan mendapat minyak goreng kendati saat ini harganya mulai diseragamkan oleh pemerintah pusat. Di ritel dan minimarket modern, diakuinya memang harganya sudah sesuai Rp14.000 per liternya.
"Tetapi stoknya masih susah, ada tapi yang harganya 70 ribuan itu, ini tadi nyari seharian baru dapat di minimarket ketiga baru dapat. Pas ketemu ibu Gubernur juga di sini," ucap Mahmudah saat ditemui di salah satu ritel modern di Jalan Raya Langsep, Kota Malang.
Ia menambahkan, bila sejauh ini harga minyak goreng yang turun baru di ritel modern, sedangkan di pasar-pasar tradisional harganya masih di angka Rp18 ribu - Rp19 ribu per liternya.
"Masih mahal di pasar, semoga semuanya bisa diturunkan. Karena minyak ini kebutuhan pangan kita juga," tuturnya.
Sedangkan karyawan ritel modern Alfamidi bernama Andrianto mengakui bila stok minyak goreng mudah habis seiring kebijakan pemerintah menurunkan harga minyak menjadi Rp 14.000 per liternya. Bahkan dirinya bercerita bila dalam dua hari terakhir sejak Kamis kemarin, stok di etalase toko kerap habis hanya dalam waktu dua sampai tiga jam.
"Dari kemarin kita ngeluarin ke etalase sebentar habis. Ini tadi juga habis, cuma memang stoknya ada. Mungkin masyarakat antusias membeli, karena ini kan harganya sudah turun," ungkap dia.
Terpisah Wali Kota Malang Sutiaji mengingatkan agar para pelaku usaha ritel modern di Kota Malang bisa patuh sesuai instruksi pemerintah dengan menyeragamkan harga di angka Rp 14.000 per liternya.
"Saya minta seluruh penyedia, apapun namanya, Superindo atau Alfamidi, Alfamart Indomaret, siapapun, tolong kebijakan pemerintah ini segera ditangkap, dan dilaksanakan dengan baik. Kasihan kepada masyarakat kita semua. Kalau di pasar, saya kira sudah ada batas toleransi," ujar Sutiaji.
Bahkan pria kelahiran Lamongan ini juga meminta pengelola ritel modern sering - sering mengecek stok minyak goreng dan mengkomunikasikan dengan asosiasi dan instansi pemerintah terkait, untuk bisa segera disuplai. Ia tak mau bila stoknya hanya ada saat peninjauan - peninjauan saja, tetapi di luar itu masyarakat susah mendapatkannya.
"Kami mengecek di lapangan dan ternyata itu bukan rumor. Karena ada memang tadi masyarakat bilang pak di sana habis, lah, tadi kok ada. Ya karena mungkin mau ada peninjauan. Saya minta kepada dinas terkait di kami untuk bertindak terus, pantau ketersediaan karena informasinya ibu yang akan menyampaikan. Stok mestinya bisa digunakan untuk sekian bulan," jelasnya.
(IND)