IDXChannel - Eksportir China semakin banyak menggunakan negara ketiga untuk menghindari tarif yang diberlakukan oleh Amerika Serikat (AS) di bawah Presiden Donald Trump.
Dilansir dari The Financial Times pada Senin (5/5/2025), praktik ini melibatkan pengiriman barang melalui negara perantara untuk menyembunyikan asal barang sebenarnya dan menghindari tarif tinggi yang menargetkan barang China.
Barang China pertama-tama diekspor ke negara ketiga, seperti Meksiko, Kanada, India, atau Thailand, di mana dokumentasi dan terkadang kemasan diubah untuk mengaburkan asal produk. Barang tersebut kemudian diekspor kembali ke AS, sering kali dengan label negara asal baru, sehingga terhindar dari tarif lebih tinggi.
AS baru-baru ini mengumumkan tarif resiprokal sebesar 145 persen terhadap produk China, angkanya bahkan bisa mencapai 245 persen untuk barang tertentu.
Proses ini difasilitasi oleh pedagang perantara dan perusahaan logistik, dan diiklankan secara terbuka di platform media sosial China, yang menunjukkan meluasnya praktik penghindaran tarif AS.
Penghindaran ini menyebabkan perubahan besar dalam pola impor di AS. Di satu sisi, pangsa impor asal China menurun. Di sisi lain, impor dari negara-negara seperti Vietnam, Meksiko, Thailand, dan Malaysia mengalami lonjakan.
Pemerintah AS menyadari taktik ini dan mulai memperketat penegakan hukum. Perubahan kebijakan terkini mencakup penutupan celah seperti aturan de minimis, yang sebelumnya memungkinkan pengiriman barang bernilai kecil masuk ke AS tanpa tarif terlepas dari asal barang sebenarnya.
Negara-negara yang digunakan sebagai perantara berisiko merusak reputasi perdagangan mereka jika dianggap sebagai fasilitator penghindaran tarif. AS dapat memberlakukan aturan asal yang lebih ketat atau memperluas tarif ke negara-negara ketiga ini. (Wahyu Dwi Anggoro)