Adapun US Treasury 10-Year atau pasar obligasi 10-tahun AS naik di atas angka 3,6% akibat data laporan pekerjaan AS yang lebih kuat dari perkiraan pada 1 Desember lalu. Kondisi ini mendorong The Fed untuk melanjutkan pengetatan kebijakan moneter melalui suku bunga.
Tercatat obligasi 10 tahun naik 8,5 basis poin menjadi 3,612%, dari sebelumnya 3,527% pada Kamis malam (1/12). Adapun obligasi 30 tahun naik 2,2 basis poin menjadi 3,6548%, dari sebelumnya 3,633%.
Sementara, obligasi 2 tahun mengalami kenaikan terbesar yaitu naik 11,3 basis poin ke level 4,3669%, dibanding sebelumnya 4,254%.
Akibatnya, dolar juga melonjak akibat menguatnya data pekerja didukung kenaikan imbal hasil obligasi.
Indeks dolar naik 0,592% dan euro turun 0,66% menjadi 1,0453 per dolar setelah sebelumnya mencapai level tertinggi terhadap greenback sejak akhir Juni.
"Pasar tenaga kerja yang lebih kuat dari perkiraan dapat memberi The Fed lebih banyak waktu untuk tetap agresif. Dolar bergerak naik karena imbal hasil obligasi meningkat dan karena laporan pasar tenaga kerja menimbulkan keraguan pada soft landing," kata Joe Manimbo, analis pasar senior di Convera, Washington, dikutip Reuters (2/12).
Adapun Yen Jepang tercatat melemah 0,09% di level 135,45 per dolar, sementara poundsterling diperdagangkan terakhir di 1,2195 per dolar AS, turun 0,47% pada Jumat, (2/12).
Menurut beberapa analis, data tenaga kerja terbaru di bulan November dikhawatirkan akan memperkuat tekad bank sentral untuk terus menaikkan suku bunga.
“Meskipun sering terjadi PHK besar-besaran – terutama di bidang teknologi, namun kinerja sektor lain menunjukkan peningkatan. Sementara kami bersiap untuk penurunan (suku bunga), namun pasar tenaga kerja hampir tidak terdampak kenaikan suku bunga,” kata Becky Frankiewicz, presiden dan chief commercial officer ManpowerGroup
Ekonom memperkirakan kenaikan suku bunga pada akhirnya akan mengurangi perekrutan, berpotensi menyebabkan resesi dan hilangnya pekerjaan di tahun depan. Namun, sejauh ini menunjukkan pasar tenaga kerja telah mengabaikan intervensi The Fed. (ADF)