Meski begitu, pengungkapan kekayaan mineral Afghanistan berdasarkan survei sebelumnya telah menunjukkan potensi yang besar. Permintaan logam seperti lithium dan kobalt, serta elemen tanah jarang seperti neodymium melonjak ketika banyak negara mulai beralih ke mobil listrik dan teknologi ramah lingkungan untuk memangkas emisi karbon.
Menurut Badan Energi Internasional (IEA), rata-rata mobil listrik membutuhkan mineral enam kali lebih banyak daripada mobil konvensional. Lithium, nikel, dan kobalt sangat penting untuk baterai listrik.
Jaringan listrik juga membutuhkan tembaga dan aluminium dalam jumlah besar, sementara elemen tanah jarang digunakan dalam magnet yang dibutuhkan untuk membuat turbin angin bekerja. Pemerintah AS dilaporkan telah memperkirakan cadangan lithium di Afghanistan dapat menyaingi yang ada di Bolivia, rumah bagi cadangan lithium terbesar yang diketahui di dunia.
"Jika Afghanistan dalam beberapa tahun tenang, memungkinkan pengembangan sumber daya mineralnya, dan bisa menjadi salah satu negara terkaya di kawasan tersebut dalam satu dekade," kata Mirzad dari Surveyor Geologi AS kepada majalah Science pada 2010.
Namun meski telah ada beberapa ekstraksi emas, tembaga dan besi, eksploitasi lithium dan mineral tanah jarang membutuhkan investasi dan pengetahuan teknis yang jauh lebih besar, serta waktu. IEA memperkirakan dibutuhkan rata-rata 16 tahun dari penemuan cadangan mineral untuk memulai produksi.