IDXChannel - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri mengatakan pihaknya masih dalam penjajakan awal terkait rencana pemisahan anak usaha atau spin off bisnis maskapai, Pelita Air, dengan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA).
"Untuk airlines kami, kita sedang penjajakan awal untuk penggabungan dengan Garuda Indonesia," ujarnya dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR RI, Kamis (11/9/2025).
Simon mengatakan pemisahan anak usaha itu dilakukan agar perusahaan bisa lebih fokus menjalankan bisnis utamanya di sektor minyak dan gas, serta energi terbarukan. Tugas pokok ini sekaligus menjadi komitmen pemerintah untuk mencapai Net Zero Emission 2060.
"Kami akan fokus pada core bisnis Pertamina pada bidang oil and gas dan renewable energi, sehingga untuk beberapa usaha kami akan spin off dan tentu mungkin akan di bawah koordinasi Danantara, akan kita gabungkan dengan perusahaan sejenis," tambahnya.
Tidak hanya di bisnis maskapai, Simon mengatakan rencananya beberapa unis usaha juga akan dilakukan spin off. Seperti unit usaha yang bergerak di bidang asuransi, pelayanan kesehatan, hospitality, serta patra jasa.
"Begitu juga sektor Insurance, sektor pelayanan kesehatan, hospitality, patra jasa, tentu akan mengikuti road map yang sudah dipersiapkan Danantara," kata Simon.
Ia menjelaskan spin off ini merupakan langkah perusahaan dalam rangka melakukan optimalisasi seluruh lini bisnis. Sehingga harapannya setiap aktivitas dapat berjalan lebih efisien dan efektif.
"Semua langkah tersebut dilakukan untuk menjaga reputasi perusahaan dan memperkuat kepercayaan stakeholder melalui advokasi kebijakan yang kuat dan komunikasi yang efektif," ucapnya.
Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan rencana spin off anak usaha Pertamina yang bergerak bisnis maskapai ini akan digabungkan dengan Citilink. Roadmap penggabungan kedua usaha tersebut targetnya rampung pada pertengahan tahun 2025 lalu.
Pada kesempatan itu, Erick Thohir menilai saat ini total jumlah maskapai yang ada di Indonesia tidak ideal jika dibandingkan dengan luas geografis. Jumlah pesawat di Indonesia hanya sekitar 400 unit, sedangkan diperkirakan angka ideal jumlah pesawat sebanyak 750 unit.
"Saya rasa industri penerbangan hari ini kita terus efisiensi. Karena memang jumlah pesawat kan tidak cukup dengan size Indonesia yang memerlukan 750 pesawat, yang hari ini baru 400an, memang kita kurang," kata Erick di Jakarta (2/1/2025).
(Febrina Ratna Iskana)