sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Dua Alasan RI dan China Sepakat Tinggalkan Dolar AS

Economics editor Advenia Elisabeth/MPI
05/08/2021 13:47 WIB
Indonesia dan China menjalin kesepakatan kerjasama dalam penggunaan mata uang lokal pada setiap transaksi perdagangan maupun investasi.
Dua Alasan RI dan China Sepakat Tinggalkan Dolar AS (FOTO: MNC Media)
Dua Alasan RI dan China Sepakat Tinggalkan Dolar AS (FOTO: MNC Media)

IDXChannel - Indonesia dan China menjalin kesepakatan kerjasama dalam penggunaan mata uang lokal atau local currency settlement (LCS) pada setiap transaksi perdagangan maupun investasi. Bye bye dolar Amerika Serikat (AS).

Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP) Kementerian Perdagangan Kasan Muhri, menyebut ada beberapa alasan Indonesia menjalin kesepakatan LCS dengan China.
 
Pertama, karena volume transaksi perdagangan Indonesia dengan China terus meningkat. Kedua, penggunaan mata uang perdagangan internasional belum banyak terjadi meskipun secara faktanya BI sudah melakukan beberapa kerja sama LCS ini dengan beberapa negara ASEAN.
 
“Dengan China ini menjadi suatu pertimbangan yang lebih besar dari nilai dan volume transaksinya,” kata Kasan dalam webinar Gambir Talk 2021, Kamis (5/8/2021).
 
Oleh karena itu, lanjut dia, adanya LCS ini sebagai bentuk upaya dalam mengurangi ketergantungan mata uang dollar sebagai penyelesaian transaksi perdagangan.
 
Ia menerangkan penggunaaan LCS di Indonesia ini nanti diharapkan adanya efisiensi dalam biaya transaksi. Tak hanya itu, tujuan LCS ini sebagai pengembangan dan pendalaman pasar mata uang di luar dolar Amerika Serikat (USD).
 
“LCS ini harapannya bagi para eksportir atau importir bisa membuka rekening mata uang lokal di negara mitra dagangnya,” tuturnya.
 
Disamping itu, Kasan menerangkan, dalam 5-10 tahun terakhir volume perdagangan Indonesia dengan China terus mengalami peningkatan baik dari sisi ekspor maupun impornya. Di mana China kini menjadi negara tujuan ekspor Indonesia terbesar dengan pangsa pasar mencapai lebih dari 20 persen.
 
"Saat ini China adalah negara tujuan ekspor kita terbesar, dengan pangsa cukup signifikan lebih dari 20 persen, tapi juga sumber impor dari China juga cukup besar. Jadi selain China menjadi tujuan ekspor tapi sekaligus negara asal impor untuk bahan baku dan penolong industri Indonesia" jelas Kasan.
 
Lebih lanjut, ia menyampaikan pada tahun 2020 transaksi ekspor dan Impor Indonesia dengan China meningkat cukup besar tercatat di angka USD71,4 miliar. Meskipun tahun lalu Indonesia masih tetap mengalami defisit, tetapi defisit tahun 2020 sudah tinggal setengahnya dari defisit yang terjadi di 2019 sebelum adanya pandemi Covid-19.
 
"Catatan yang kita miliki tahun 2019 yang lalu kita defisit dengan China hampir USD 17 miliar, lalu kemudian tahun 2020 defisit kita dengan China menyusut USD7,8 miliar,” paparnya.
 
Kasan mengatakan pada satu semester tahun 2021 ini, Indonesia sudah mencatatkan transaksi ekspor dan Impor dengan China mendekati USD 50 miliar.
 
"Artinya ini sudah naik dibandingkan dengan 2020 yang lalu. Dan juga yang menjadi catatan penting lainnya adalah investasi dari China ke Indonesia dengan adanya LCS ini, bagaimana dampaknya terhadap trade maupun investasi maupun hal yang lainnya," tandasnya. (RAMA)

Advertisement
Advertisement