IDXChannel - Vaksin booster Pfizer yang banyak dipakai di Indonesia diketahui kekuatannya akan melemah setelah 4 bulan. Ini didasari penelitian terbaru Pusat Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC).
Penelitian itu pun mengikutsertakan vaksin booster Moderna yang ternyata hasilnya tak jauh berbeda, yaitu efektivitasnya menurun setelah 4 bulan disuntikkan ke tubuh manusia.
Meski begitu, CDC menegaskan bahwa kedua vaksin tersebut, Pfizer dan Moderna, tetap menawarkan perlindungan yang sangat baik terhadap risiko gejala parah akibat infeksi Covid-19.
Gegara hasil studi ini, CDC meyakini bahwa penting sekali untuk mempertimbangkan pemberian dosis keempat untuk memastikan peningkatan perlindungan yang optimal terhadap risiko rawat inap akibat gejala parah.
Seperti apa penelitian dilakukan?
Laporan menjelaskan, para ilmuwan meneliti efektivitas vaksin Covid-19 terhadap potensi rawat inap di antara orang dewasa Amerika Serikat yang telah divaksinasi penuh dua dosis, juga penerima dosis ketiga.
Mereka menggunakan data 241.204 pasien Covid-19 yang mendapatkan perawatan darurat dan 93.408 rawat inap di 10 negara bagian selama 26 Agustus 2021 hingga 22 Januari 2022.
Hasil studi yang telah diterbitkan pada Morbidity and Mortality Weekly Report CDC itu menunjukkan data bahwa efektivitas vaksin terhadap risiko perawatan gawat darurat dan rawat inap lebih tinggi setelah dosis ketiga dibandingkan pada periode setelah dosis kedua.
Namun, studi menekankan bahwa potensi itu berkurang seiring waktu. Terlebih dengan hadirnya varian Omicron yang dominan di Amerika Serikat.
Sebelumnya, efektivitas vaksin untuk mengurangi perawatan darurat mencapai 87 persen. Sementara untuk mengurangi rawat inap efektivitasnya hingga 91 persen.
Setelah varian Omicron menyebar ke Amerika Serikat pada akhir November 2021, efektivitas vaksin ditemukan turun menjadi masing-masing 66 persen dan 78 persen, data CDC menunjukkan.
Studi CDC lainnya menganalisis data keamanan pada suntikan booster Covid-19 yang dilaporkan ke Sistem KIPI Vaksin pemerintah federal selama September 2021 hingga Februari 2022 terhadap 721.562 orang dewasa.
Studi tersebut menemukan bahwa dosis booster vaksin virus corona tetap aman. Mereka yang mendapatkan booster vaksin dengan jenis yang sama, cenderung memiliki reaksi lebih sedikit dibandingkan dengan dosis kedua.
"Penyedia vaksin harus mendidik pasien bahwa reaksi lokal dan sistemik diharapkan terjadi setelah booster vaksin mRNA Covid-19 homolog. Namun, reaksi ini lebih jarang terjadi daripada yang mengikuti dosis seri primer kedua," tulis para peneliti dari CDC, dikutip dari CNN, Senin (14/2/2022). (TIA)