Ini terlihat dari rata-rata pangsa manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di periode kedua pemerintahan Presiden Joko Widodo mencapai level terendah.
Sejak Jokowi menjabat pada 2014, rata-rata nilai tambah manufaktur adalah sekitar 39,12 persen hingga tahun 2020, jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata pada masa Presiden Megawati sebesar 43,94 persen dan Presiden SBY sebesar 41,64 persen.
Kondisi ini memicu pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kurang maksimal alias stagnan di kisaran 5 persen.
Deindustrialisasi adalah suatu kondisi di mana industri tidak dapat lagi berperan sebagai basis pendorong utama perekonomian suatu negara atau dengan kata lain kontribusi sektor ini terhadap PDB nasional terus mengalami penurunan.
(YNA)