Pengamat BUMN dari Universitas Indonesia (UI) Toto Pranoto menilai diversifikasi sumber pembiayaan mutlak dilakukan BUMN. Skema ini membuat BUMN meminimalisir tergantung atau melakukan pinjaman dari sumber pembiayaan asing untuk capital expenditure (capex).
Untuk memperkuat equity perusahaan, BUMN harus memperluas strategic partner dengan investor. Selain itu, membawa BUMN sehat untuk mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia (BEI) alias initial public offering (IPO).
"Namun bisa mulai lebih banyak dari sisi equity. Caranya dengan meningkatkan jumlah strategic investor atau bagi BUMN yang sudah siap go public bisa segera me-realize aksi korporasi tersebut," kata Toto saat dihubungi.
Toto menilai resesi ekonomi global akan berdampak signifikan terhadap kinerja operasional dan keuangan BUMN. Menurutnya, krisis tersebut membuat perseroan menghadapi inflasi, nilai exchange rate, dan nilai impor bahan baku produk.
Ketergantungan impor pada saat nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) akan berdampak negatif. Maka perlu upaya untuk mengurangi resiko kerugian (hedging) yang lebih antisipatif.
"Ya dampak utama terkait resesi global yang dihadapi BUMN terutama pada indikator inflasi, nilai exchange rate, dan nilai impor bahan baku produk," ujar Toto.
(FRI)