sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Gaung Inklusi Asuransi dari Lapangan Futsal untuk Masa Depan Finansial

Economics editor Taufan Sukma Abdi Putra
05/10/2025 15:41 WIB
tidak akan ada mimpi yang bakal menjadi nyata, sampai segala harapan dan upaya benar-benar diwujudkan dalam bentuk kerja nyata.
Gaung Inklusi Asuransi dari Lapangan Futsal untuk Masa Depan Finansial (foto: iNews Media Group)
Gaung Inklusi Asuransi dari Lapangan Futsal untuk Masa Depan Finansial (foto: iNews Media Group)

IDXChannel – “Nothing ever becomes real until it is experienced (tidak ada yang bakal menjadi nyata sampai hal itu dialami).”

Pesan itu disampaikan oleh seorang sastrawan Inggris yang hidup di awal abad ke-19, John Keats, dalam sebuah bukunya yang terbit pada 1891 silam.

Sebuah pesan yang meski telah tercetus sejak ratusan tahun lalu, namun masih menyimpan nilai-nilai yang pada era sekarang, setidaknya dapat berguna dalam dua hal.

Pertama, sebagai jawaban atas kondisi mental overthinking, atau berasumsi berlebihan hingga menimbulkan kecemasan, yang konon banyak diidap oleh Gen Z dan sebagian kaum milenial dewasa ini.

Dan kedua, justru sebagai potret pemikiran sebagian orang yang masih kerap enggan bersiap untuk menghadapi potensi risiko terburuk yang sewaktu-waktu bisa saja menghampiri.

Sebuah potret gamblang tentang kondisi dan alibi tentang masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam berasuransi.

“Waktu itu memang tensi pertandingannya sangat tinggi. Posisi (skor) tim juga lagi ketinggalan, jadi adrenalinnya berasa banget. Terus tiba-tiba ada benturan, pandangan gelap, dan tahunya pas sadar, eh sudah di rumah sakit,” ujar Deni Irwanto, salah satu jurnalis yang sehari-harinya bertugas meliput pemberitaan di desk teknologi.

Sore itu, Sabtu (13/9/2025), Deni bersama komunitasnya, Forwat FC, tengah ikut berlaga dalam Camaro Cup 2025, sebuah turnamen futsal yang digagas oleh kelompok jurnalis yang biasa bertugas di desk pemberitaan pasar modal, Capital Market Journo (Camaro).

Selain komunitas jurnalis, turnamen ini juga diikuti oleh tim-tim futsal dari kalangan emiten dan juga perusahaan di lingkup ekosistem jasa keuangan nasional, dengan total peserta sebanyak 24 tim.

Proteksi di Saat Tepat

Di tengah riuh-rendah keseruan turnamen, suasana gempita petang itu seketika berubah jadi kepanikan saat dalam pertandingan semifinal, Deni terpaksa harus berbenturan dengan lawan dan terpental, sehingga membuat kepalanya terantuk sudut papan pembatas lapangan.

Darah pun bercucuran. Para pemain lain terkejut dan seketika berusaha menolong. Begitu pun Tim Medis, yang juga dengan sigap mengambil tindakan darurat untuk keperluan pertolongan pertama.

Di pinggir lapangan, sejumlah pemain tim lain dan para penonton serentak membuka jalan untuk memperlancar proses evakuasi. Deni pun dengan cepat ditandu menuju ambulance yang berjaga, untuk segera meluncur ke rumah sakit, di kawasan Jakarta Selatan.

"Ya memang bersyukur banget karena dari panitia sudah ada kerjasama dengan IFG Life, jadi semua penanganan tercover dengan baik. Sepengalaman saya ikut turnamen (futsal semacam) gini, nggak banyak yang sediakan coverage asuransi seperti dari IFG Lige begini. Jadi ini ide bagus banget, dan penting juga untuk sosialisasi dan edukasi ke komunitas jurnalis sekaligus pegiat olahraga seperti saya," ujar Deny.

Menurut Ketua Panitia Camaro Cup 2025, Danang Sugianto, langkah menggandeng IFG Life dalam mendukung kegiatan turnamen memang sengaja diambil dengan sejumlah pertimbangan. Di antaranya tentu untuk keperluan proteksi dan keamanan para pemain yang turut berlaga.

Lalu juga sebagai wujud sumbangsih komunitas Camaro dengan turut berperan meningkatkan kesadaran berasuransi, terutama di kalangan jurnalis, yang notabene dalam keseharian pekerjaannya hampir selalu di lapangan, sehingga rentan terhadap segala risiko kesehatan dan/atau kecelakaan.

Di lain pihak, Danang menyebut bahwa seperti halnya di kelompok masyarakat yang lain, tingkat literasi dan kesadaran tentang pentingnya coverage asuransi di kalangan jurnalis juga harus diakui sejauh ini masih cukup rendah. 
Hal itu tercermin dari proses registrasi di pagi hari, di mana bahkan saat turnamen sudah mulai berjalan pun, masih banyak peserta yang seolah ogah-ogahan untuk memenuhi persyaratan administrasi guna keperluan pendaftaran.

"Sampai siang saja masih banyak (peserta) yang belum kumpulin (persyaratan). Cuma ya bersyukur banget, saat itu seluruh proses (pendaftaran asuransi) sudah beres. Prosesnya kan juga cepat karena di era digital gini, semua (proses) dilakukan via online. Itu sangat membantu. Dan saat musibah itu benar-benar terjadi di sore hari, alhamdulillah semua sudah tercover oleh IFG Life,” ujar Danang.

Inklusi dan Literasi

Menurut Corporate Secretary IFG Life, Gatot Haryadi, persoalan inklusi dan tingkat literasi masyarakat yang masih rendah memang sejauh ini masih menjadi salah satu hambatan sekaligus tantangan yang harus dijawab oleh para pelaku industri asuransi nasional, termasuk juga IFG Life.

Kondisi tersebut, misalnya saja, terkonfirmasi oleh hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), di mana tingkat inklusi asuransi di Indonesia masih sebatas 12,21 persen pada 2024, yang lalu beranjak membaik menjadi 28,5 persen pada 2025.

Sedangkan untuk tingkat literasi asuransi, juga terjadi peningkatan dari posisi 36,9 persen pada 2024 menjadi 45,45 persen pada 2025 ini.

Namun demikian, meski terjadi peningkatan, bukan berarti tak ada permasalahan yang perlu dipecahkan. Persentase yang masih di bawah 50 persen tentu menjadi catatan signifikan.

Belum lagi bila capaian asuransi tersebut dibandingkan dengan industri perbankan yang notabene merupakan ‘sesama kolega’ di industri jasa keuangan nasional, di mana tingkat literasi perbankan di Indonesia berdasarkan SNLIK OJK telah mencapai 65,5 persen di 2025, dengan tingkat inklusi mencapai 70,65.

"Memang ini jadi catatan kita bersama, bahwa masih banyak masyarakat yang belum memahami konsep dasar asuransi, manfaatnya, dan bagaimana produk asuransi bekerja. Lalu juga soal beberapa kasus gagal bayar, yang membuat masyarakat jadi skeptis dan kurang percaya. Selain itu, juga budaya dan perilaku finansial masyarakat yang lebih mengutamakan konsumsi jangka pendek dibanding proteksi jangka panjang, sehingga asuransi bukan menjadi prioritas," ujar Gatot, kepada IDXChannel.

Karenanya, guna mengurai kondisi silang-sengkarut tersebut, IFG Life memiliki sejumlah strategi khusus, seperti di antaranya dengan memilih concern dalam mendukung berbagai kegiatan olahraga yang notabene selalu diminati oleh masyarakat.

Sejauh ini, Gatot menjelaskan, IFG Life telah aktif mendukung berbagai kegiatan olahraga, baik di tingkat komunitas maupun skala besar. Dukungan tersebut dikatakan Gatot mencakup komunitas lari, bersepeda, hingga ajang marathon berskala internasional seperti Labuan Bajo Marathon 2024 dan Jakarta International Marathon (JAKIM) 2025.

Pada penyelenggaraan JAKIM 2025, misalnya, lebih dari 27.000 peserta telah memperoleh proteksi dari IFG Life, sebagai wujud komitmen dalam memberikan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat yang aktif berolahraga.

"Selain itu, kami juga aktif merangkul ekosistem pekerja media yang kami yakin juga memiliki posisi penting dan strategis untuk turut memperbesar ‘gaung’ edukasi dan sosialisasi di masyarakat, termasuk seperti kerjasama kami di Camaro Cup 2025 ini. Apalagi penyelenggaraannya juga kan sudah mendekati Hari Asuransi Nasional di 18 Oktober 2025 mendatang, jadi bikin kami tambah semangat," Gatot.

Simfoni Kolaborasi

Dalam sudut pandang yang lebih luas, dengan semakin meningkatnya inklusi dan literasi di bidang asuransi, diharapkan juga dapat memperkuat perlindungan finansial masyarakat di masa mendatang, yang menjadi concern utama bagi Indonesia Financial Group (IFG), induk usaha IFG Life yang berada di bawah naungan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara).

Sudut pandang yang lebih general dan menyeluruh tersebut ditegaskan oleh Corporate Secretary IFG, Denny S Adji, di mana dengan adanya proteksi yang didapat dari produk asuransi, maka muaranya adalah sebuah kehidupan yang aman, tenang, terproteksi, dan tentunya dengan tingkat finansial yang lebih baik dan terlindungi di masa depan.

Guna mewujudkan target besar tersebut, menurut Denny, pihaknya senantiasa mendorong beragam inovasi demi menciptakan produk yang dapat terus eksis dan relevan dengan kebutuhan riil di masyarakat, baik melalui fleksibilitas, kepraktisan dan juga digitalisasi kemasan.

"Dan satu lagi, soal kolaborasi. Ini memang telah menjadi DNA kami di IFG, karena kami percaya bahwa inklusi itu tidak akan bisa diraih dengan berjalan sendiri-sendiri. Semua harus berkolaborasi. Dan kami akan mengambil peran sebagai ‘orchestrator’ yang menyatukan semua pemain dari berbagai sektor, berbagai tugas dan peran, untuk bersama-sama menciptakan simfoni inklusi keuangan yang lebih harmonis," ujar Denny.

Dan, pada akhirnya, segala harapan tentang pengembangan inklusi serta peningkatan literasi asuransi yang berujung pada perbaikan finansial di masa mendatang, tetap harus senantiasa diperjuangkan oleh semua pihak.

Baik dari kalangan pelaku industri asuransi, pemangku kepentingan dan regulator, hingga kalangan masyarakat sendiri, tak terkecuali juga kalangan jurnalis dan pegiat olahraga, semua harus saling bersinergi dan berkolaborasi untuk mewujudkannya.

Karena, dengan meminjam pesan dari John Keats yang disampaikan di awal, tidak akan ada mimpi yang bakal menjadi nyata, sampai segala harapan dan upaya tersebut benar-benar dialami dan diwujudkan dalam bentuk kerja nyata.

(taufan sukma)

Halaman : 1 2 3 4 5 6 7
Advertisement
Advertisement